Akidah

akidah

Langit yang terhempas dengan bulan dan matahari yang saling berkelindan. Semesta alam yang terhampar luas dengan berbagai pemandangan dan keajaiban. Awan yang terus berlayar bebas ke berbagai penjuru arah. Semua adalah pertanda keagungan Tuhan Sang Pencipta.

Di saat manusia sibuk dengan berbagai materi yang menyusun dirinya, mereka sering lupa diri terhadap Dzat yang menciptakan susunan utuh nan sempurna. Roh, jiwa, akal, dan raga yang mereka miliki sering kali dianggap sebagai suatu keniscayaan dan siklus materi yang pasti; tanpa campur tangan Dzat yang Maha Mencipta.

Kemarau yang berkepanjangan atau bencana alam yang sedang menimpa pun terkadang mereka jadikan kambing hitam untuk melemparkan tuduhan arogan terhadap Tuhan dengan istilah ketidakadilan atau Tuhan tak lagi sayang. Begitu pula berbagai aktivitas yang tidak didasari harapan dan tujuan menghamba kepada-Nya, perlahan tapi pasti, akan berdampak pada sifat materialistis dan hedonis. Berkurangnya rasa bergantung kepada Allah Swt. inilah yang sedikit demi sedikit mengikis tauhid dan keimanan seseorang. Akhirnya, yang sering terucap hanyalah celotehan-celotehan yang tidak layak keluar dari lisan orang yang beriman. Mirip manusia tak bertuhan.

Pembawa Ajaran Tauhid

Nabi kita yang mulia Muhammad saw. lahir di tengah-tengah masyarakat Mekah yang benar-benar telah kehilangan nilai dan norma ketuhanan dalam kehidupan mereka. Masyarakat yang telah benar-benar lupa dan tersesat dari jalan Tuhan yang Mahabenar. Menyimpang teramat jauh dari fitrah manusia yang memiliki iman dan Islam. Mereka hidup dalam penyembahan berhala dan bergelimang kemusyrikan.

Masyarakat jahiliyah menempatkan sedikitnya dua berhala di setiap rumah mereka. Dan pusatnya berada di kakbah. Tidak lebih dari 360 berhala berada di dalam maupun sekitar baitullah. Kakbah yang didirikan sebagai simbol untuk menyembah kepada Allah, justru dijadikan tempat untuk menyekutukan Allah Swt.

Bukan hanya dari sisi akidah, akhlak dan tabiat mereka pun tidak jauh dari perkara-perkara yang merusak. Bahkan, judi dan minuman keras merupakan sejoli yang tidak bisa terlepas dalam kehidupan mereka sehari-hari. Wanita tak lagi ada harganya bagi mereka. Sampai-sampai mereka tega mengubur anak perempuan mereka hidup-hidup hanya karena takut menanggung malu. Memiliki anak perempuan pada masa itu dianggap sebagai aib. Hanya sebagian anak perempuan saja yang mereka biarkan hidup karena sadar mereka kelak juga membutuhkan wanita untuk memenuhi kebutuhan biologis. Di dalam masyarakat yang seperti inilah Rasulullah Saw. diutus untuk memperbaiki seluruh perilaku masyarakat jahiliyah yang telah menyimpang teramat jauh.

Nabi Muhammad saw. sebagai pendidik sejati umat manusia telah me- ngajarkan dan memberi contoh sempurna mengenai hakikat hubungan antara manusia dengan tuhannya. Karena memang Nabi Muhammad saw. diutus dengan membawa ajaran tauhid sebagaimana risalah yang diemban Nabi Ibrahim a.s., yakni mengesakan Tuhan Mahatunggal, yang tiada sekutu baginya. Hal tersebut dapat dilihat dari periode dakwah Nabi Muhammad Saw. saat berada di kota Mekah. Pada tahun-tahun pertama setelah turunnya Alquran,

hal pertama yang beliau utamakan adalah fokus pada pembinaan tauhid dan akidah kepada para manusia agar meninggalkan sembahan berhala mereka dan hanya menyembah kepada Tuhan yang pantas untuk disembah, yaitu Allah Swt. Baru setelah itu, Rasulullah saw. mengajarkan syariat pada mereka. Diriwayatkan dari Jundab Bin Abdullah, ia berkata,

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِتْيَانُ حَزَاوِرَةٌ، فَتَعَلَّمْنَا الْإِيْمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ، ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ، فَازْدَدْنَا بِهِ إِيْمَانًا. (سان ابن ماجه)

"Dulu sewaktu kami masih kecil bersama Nabi, kami terlebih dahulu belajar tentang iman sebelum belajar Alquran. Baru setelah itu, kami belajar Alquran. Sehingga, iman kami pun bertambah." (HR. Ibnu Majah)

Ini bukti teladan dari baginda Nabi Muhammad saw. mengenai betapa pentingnya tauhid dan keimanan untuk ditanamkan sedini mungkin dalam diri seseorang, agar ia tidak terjebak kedalam jurang kemusyrikan dan penyekutuan kepada Allah Swt.

Artikel terkait : Berakhlak

Pengajaran dan Pembinaan Akidah

Rasulullah saw. telah membenamkan ajaran tauhid kepada umatnya sejak usia dini. Bahkan, sejak manusia terlahir di dunia. Hal itu dapat kita lihat dari cara Rasulullah saw. memberikan contoh kepada para sahabatnya untuk membacakan kalimat azan pada telinga seorang anak yang baru lahir. Tujuannya, agar kalimat yang pertama kali ia dengar di dunia adalah kebesaran dan keesaan Allah Swt. dan mengusir setan dari anak yang baru lahir tersebut.

عَنْ أَبِي رَافِعِ أَنَّهُ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحُسَيْنِ حِيْنَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلاةِ (سنن أبي داود)

Dari Ubaidillah bin Abi Rafi' ia berkata: Aku melihat Rasulullah saw mengumandangkan azan di telinga Husain ketika siti Fatimah melahirkannya. (Yakni) dengan azan salat. (HR Abi Dawud).

Setelah menginjak usia tamyiz, Rasulullah saw pun mengajarkan agar anak-anak mereka mulai dikenalkan dengan Tuhan sang pencipta. Bagaimana sifat-sifatnya. Siapa utusannya dan berbagai pemahaman mengenai keagungan dan keesaan Allah Swt. Sehingga, diharapkan nanti nya mampu tertanam dalam hati mereka rasa takut dan perilaku takwa kepada Allah Swt.

Kemudian, dalam aktivitas sehari-hari pun beliau memberi contoh agar setiap perkara yang kita lakukan tidak terlepas dari usaha dan rasa berserah diri pada Allah Swt. Mulai dari perintah doa sebelum bekerja, doa sebelum keluar rumah, doa memakai pakaian, doa saat akan membeli barang, doa sewaktu bercermin, doa saat bertemu pemimpin, doa menghadapi musuh, dan banyak doa lain yang telah diajarkan kepada para sahabat dan kita warisi sampai sekarang. Hal ini menunjukkan betapa Rasulullah saw. ingin mengajarkan kepada umatnya bahwa segala sesuatu yang ada dan terjadi di dunia ini tidak mungkin lepas dari kehendak Allah Swt. Maka, hendaklah iringi usaha kita dengan berdoa dan memasrahkan hasil sepenuhnya kepada Allah Swt.

Artikel terkait : Bersosial

Penjagaan dan Pembenahan Akidah

Perjalanan iman umat Islam yang semakin berkembang membuat Nabi Muhammad saw. selalu berusaha menjaga akidah umatnya agar tidak tercampur oleh berbagai syubhat dan keluar dari garis tauhid yang telah di- tentukan oleh Allah Swt. Hal ini terbukti dengan pelarangan ziarah kubur oleh Rasulullah saw. saat keimanan umat Islam masih baru. Namun, setelah dirasa kuat, justru Rasulullah saw. memerintahkan para sahabatnya melakukan ziarah kubur sebagai perantara mengingat kematian dan mencari suri teladan melalui orang-orang salih terdahulu yang telah mendapatkan kedudukan tinggi di sisi Allah Swt.

كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا فَإِنَّهَا تُزَرِّدُ فِي الدُّنْيَا وَتُذَكَّرُالْآخِرَةَ (سنن ابن ماجه)

Dulu aku pernah melarang kalian untuk ziarah kubur. Maka (sekarang) berziarahlah. karena ziarah kubur itu menjadikan kalian zuhud terhadap dunia dan mengingatkan akhirat. (HR. Ibnu Majah)

Tidak hanya itu. Di saat umatnya terkena musibah, Rasulullah saw. meng- ingatkan umatnya agar selalu bersabar, introspeksi diri, dan tidak menyalahkan siapa pun atau apa pun. Jangan sampai terlintas dalam hati para sahabat rasa putus asa atau bahkan menganggap Allah Swt. telah berlaku tidak adil terhadap hamba-Nya. Karena itulah, beliau mengajarkan doa yang santun dan baik diucapkan oleh orang yang sedang tertimpa musibah,

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ، اللَّهُمَّ أَجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفُ لِي خَيْرًا مِنْهَا. (رواه مسلم)

"Sesungguhnya kita milik Allah semata, dan hanya kepadanyalah

kita kembali. Ya Allah, berikan aku pahala atas musihah ini. dan berikanlah aku ganti yang lebih baik dari sebelumnya." (HR. Muslim)

Pada dewasa ini, keimanan dan tauhid seseorang kerap diperlihatkan oleh sebagian tokoh dengan wajah keras, kasar, dan intoleran. Hal inilah yang pada akhirnya membuat kaum muslimin lainnya beranggapan tingkat keimanan seseorang bergantung pada seberapa keras dirinya memperlihatkan sisi Islam yang ada dalam dirinya. Ini sangat bertolak belakang dengan cara dan metode Rasulullah saw. dalam menjaga dan membina akidah umat. Rasulullah saw. selalu mengedepankan metode dan cara yang halus dalam mengajarkan dan menjaga akidah umatnya. Beliau tidak pernah menggunakan cara yang kasar dan keras. Meskipun berbeda akidah dan keyakinan, beliau selalu mengajarkan kepada para sahabatnya bersikap toleran karena Islam sangat menjunjung tinggi sisi kemanusiaan dan kasih sayang antar sesama manusia.

Imam Al-Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad meriwayatkan hadis Rasulullah saw. yang mengajak umatnya untuk menghormati manusia meski hanya seorang budak.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ لَا تَقُولَنَّ قَبَّحَ اللهُ وَجْهَكَ وَوَجْهَ مَنْ أَشْبَهَ وَجْهَكَ فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَ آدَمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى صُورَتِهِ (رواه البخاري)

"Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah saw. bersabda, "Kalian jangan berkata, 'Semoga Allah membuat buruk wajahmu dan wajah orang yang mirip denganmu,' karena Allah menciptakan Nabi Adam a.s. sesuai bentuknya." (H.R. Bukhari)

Rasulullah saw. selalu mempertimbangkan situasi, kondisi, serta kultur budaya yang sudah lebih dulu mengakar dan menancap di hati masyarakat sebelum datangnya Islam. Selama budaya atau tradisi tersebut tidak berdampak pada rusaknya akidah dan tidak melanggar syariat, beliau akan menerima tradisi tersebut, bahkan beliau ikut melestarikannya. Kalau pun berdampak buruk pada umat, beliau tidak langsung menghapus budaya tersebut secara total, melainkan beliau akan melakukan pendekatan secara persuasif dan lebih mengutamakan dialog secara bertahap, demi terciptanya hasil dakwah yang membekas dan dapat diterima semua kalangan.

Syeikh Wahab bin Munabbah berkata;

يَنْبَغِي لِلْعَاقِلِ أَنْ يَكُوْنَ حَافِظًا لِلِسَانِهِ عَارِفًا بِزَمَانِهِ مُقْبِلًا عَلَى شَأْنِهِ

"Hendaknya orang berakal menjadi pribadi yang menjaga lisannya, mengetahui perkembangan zamannya, dan menunaikan tugas-tugasnya."

Salah satu contoh konkritnya adalah pada saat Nabi Muhammad saw. dihadapkan dengan tradisi pemolesan minyak rambut anak yang baru lahir dengan darah kambing yang baru saja disembelih. Beliau tidak melarang pe- nyembelihan kambing guna mentasyakuri anak yang baru lahir karena hal itu tidaklah sesuatu yang dilarang dalam syariat. Bahkan, beliau menganjurkannya sehingga ada istilah aqiqah dalam syariat Islam. Begitu pula pemolesan yang dilakukan dengan menggunakan darah sembelihan kambing. Beliau tidak mengubahnya secara total. Namun, beliau ganti dengan menggunakan minyak wangi, dan sebagainya.

Sudah jelas kiranya teladan yang ditunjukkan oleh Rasulullah saw. Akidah dan tauhid merupakan pelajaran pokok yang hendaknya tertanam dalam diri manusia sejak awal manusia berada di dunia. Karena dengan itulah agama dan keimanan seseorang dapat terpelihara secara baik. Dan hal tersebut akan mampu tercapai dengan selalu menjaga hubungan yang baik dan harmonis antara seorang hamba dengan Tuhannya. Tuhan tidak membutuhkan sembahan dari makhluk-Nya. Justru makhluklah yang harus menyadari bahwa memang Allah Swt. semata yang layak dan wajib disembah.

Baca juga : Berkeluarga

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url