Tafsir Surat At-Taubah Ayat 103: Zakat sebagai Penyuci Jiwa dan Harta
Zakat bukan sekadar kewajiban ritual dalam rukun Islam. Ia adalah instrumen luar biasa yang bekerja dalam dua dimensi sekaligus: penyucian jiwa bagi individu dan pemerataan ekonomi bagi masyarakat. Melalui zakat, seorang Muslim dilatih untuk mengikis sifat bakhil, kikir, dan egois, lalu menggantinya dengan empati serta rasa syukur.
Landasan utama dari fungsi penyucian ini tertuang dalam Al-Qur'an Surat At-Taubah ayat 103:
خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
"Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Baca juga : Penjelasan Zakat
Perspektif Imam Al-Baghawi
Dalam kitab Ma’alimut Tanzil, Imam Al-Baghawi menjelaskan bahwa perintah Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengambil zakat bertujuan untuk membersihkan dosa-dosa serta mengangkat derajat keimanan seseorang.
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ، بِهَا مِنْ ذُنُوبِهِمْ، وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا، أَيْ: تَرْفَعُهُمْ مِنْ مَنَازِلِ الْمُنَافِقِينَ إِلَى مَنَازِلِ الْمُخْلِصِينَ. وَقِيلَ: تُنَمِّي أَمْوَالَهُمْ وَصَلِّ عَلَيْهِمْ،
Artinya: "
Perspektif Abu Ja'far At-Thabari
Abu Ja'far At-Thabari dalam tafsir Jami’ul Bayan menekankan bahwa zakat adalah bukti nyata dari pertobatan. Zakat berfungsi sebagai pembersih dari "kotoran" dosa yang melekat pada diri dan harta.
قال أبو جعفر: يقول تعالى ذكره لنبيه محمد صلى الله عليه وسلم: يا محمد، خذ من أموال هؤلاء الذين اعترفوا بذنوبهم فتابوا منها (صدقة تطهرهم)، من دنس ذنوبهم (وتzكيهم بها)، يقول: وتنمِّيهم وترفعهم عن خسيس منازل أهل النفاق بها، إلى منازل أهل الإخلاص (وصل عليهم)، يقول: وادع لهم بالمغفرة لذنوبهم، واستغفر لهم منها
Artinya: "Abu Ja'far berkata: Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi Muhammad SAW: 'Wahai Muhammad, ambillah dari harta orang-orang yang telah mengakui dosa-dosanya dan bertaubat darinya. Sedekah yang menyucikan mereka dari kotoran dosa-dosa mereka, meningkatkan derajat mereka di sisi Allah, dan mengangkat mereka dari derajat munafik ke derajat ikhlas. Dan berdoalah kepada mereka untuk diampuni dosa-dosanya'."
Perspektif M. Quraish Shihab
Dalam Tafsir Al-Misbah, Profesor Quraish Shihab menggarisbawahi bahwa harta yang diambil bukan merupakan rampasan, melainkan sedekah yang diberikan dengan ketulusan hati. Menariknya, ayat ini memerintahkan Nabi untuk mendoakan orang yang berzakat.
Penyucian: Zakat membersihkan jiwa dari keterikatan berlebih pada harta.
Ketenangan: Doa dari penerima atau pemimpin (amil) memberikan restu dan keselamatan, yang membawa ketenangan bagi jiwa-jiwa yang sebelumnya gelisah karena dosa.
Kasih Sayang Allah: Ayat ini ditutup dengan sifat Allah yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, menunjukkan pintu ampunan selalu terbuka bagi mereka yang ingin memperbaiki diri.
Perspektif Syekh Wahbah Az-Zuhaili
Zakat tidak hanya berhenti pada dimensi spiritual individu. Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir menjelaskan peran zakat sebagai mesin penggerak ekonomi umat agar harta tidak hanya berputar di kalangan orang kaya saja.
لئلا يكون تداول الأموال محصورا بين الأغنياء، ولا يصip الفقراء منه شيء، فيغلب الأغنياء الفقراء، ويقسمونه بينهم. وهذا مبدأ إغناء الجميع، وتحقيق السيولة للكل
Artinya: "Agar peredaran harta tidak hanya terbatas kepada orang-orang kaya dan tidak ada yang sampai kepada orang-orang miskin... Ini adalah prinsip pemerataan ekonomi bagi setiap orang dan tercapainya distribusi harta kepada semua orang."
Kesimpulan
Zakat adalah instrumen ganda yang luar biasa. Secara vertikal, ia menyucikan hubungan manusia dengan Allah dan membersihkan batin dari kotoran sifat duniawi. Secara horizontal, ia menciptakan stabilitas sosial dengan meringankan beban fakir miskin dan mendorong kemandirian ekonomi.
Dengan menunaikan zakat, seorang Muslim tidak hanya sedang membersihkan hartanya, tetapi juga sedang merajut harmoni di tengah masyarakat.

0Komentar