Tafsir Al-Baidhawi

Tafsir Al-Baidhawi

Imam Al-Baidhawi, lengkapnya Abdullah bin Umar bin Muhammad bin Ali al-Baidhawi, dilahirkan di Baidha', sebuah daerah dekat kota Shiraz di Iran bagian selatan. Di situlah dia dibesarkan dan mengembangkan ilmunya, belajar di tempat tersebut dan di Baghdad. Akhirnya, dia mengikuti jejak ayahnya untuk menjadi hakim agung di Shiraz.

Imam Al-Baidhawi adalah seorang ulama yang memiliki pengetahuan yang luas, tidak hanya dalam bidang tafsir, tetapi juga dalam prinsip-prinsip ushul fiqh, fiqh, teologi, tata bahasa (nahwu), logika (manthiq), dan sejarah. Hal ini terbukti dari banyaknya karya yang dia hasilkan dalam berbagai disiplin ilmu tersebut.

Di antara karya-karyanya, yang paling terkenal adalah tafsir berjudul "Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil," yang lebih dikenal sebagai Tafsir Al-Baidhawi, yang merupakan karyanya yang paling fenomenal. (Referensi: Muhammad Husain Ad-Dzahabi, "At-Tafsir wal Mufassirun," Beirut, Darul Fikr: 1976, Jilid I, halaman 203).

Latar Belakang Penulisan Kitab Tafsir Al-Baidhawi

Dalam pembukaan kitab tafsirnya, Al-Baidhawi mengemukakan dua alasan penting yang mendorongnya untuk menulis karya tafsir ini. Pertama, baginya, tafsir merupakan ilmu paling utama di antara ilmu-ilmu agama yang lainnya. Kedua, dia ingin mewujudkan niatnya yang telah lama terpendam yang berisi pemikiran-pemikiran terbaiknya.

Setelah merasa mampu mewujudkan cita-citanya, Imam Al-Baidhawi menulis kitab tafsir Anwarut Tanzil. Dalam proses penulisannya, ia mendapat bimbingan dari gurunya, Syekh Muhammad Al-Kahta'i, seorang ulama yang menyarankan Imam Al-Baidhawi untuk melepaskan jabatannya sebagai hakim agung.

Penulisan kitab tafsir ini dilakukan secara ringkas, tanpa memperpanjang uraian. (Nashiruddin Al-Baidhawi, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, [Surabaya, Al-Haramain], halaman 4-6).

Sumber Penafsiran Kitab Tafsir Al-Baidhawi

Dalam pengantar kitabnya, Imam Al-Baidhawi menjelaskan bahwa ada dua sumber yang digunakannya sebagai referensi dalam menulis kitab tafsirnya.

Pertama, komentar dari para sahabat, tabi'in, dan ulama salaf yang termasuk dalam periode formatif. Kedua, komentar yang terdapat dalam kitab-kitab tafsir sebelum Imam Al-Baidhawi. (Al-Baidhawi, Anwarut Tanzil, halaman 4-6).

Sistematika Penyusunan dan Penulisan Kitab Tafsir Al-Baidhawi

Dari segi sistematika penyusunan, kitab tafsir ini terdiri dari dua jilid dan dimulai dengan menyebutkan basmalah, tahmid, penjelasan tentang mukjizat Al-Qur'an, signifikansi ilmu tafsir, latar belakang penulisan kitab, sebelum diuraikan penafsirannya terhadap ayat-ayat Al-Qur'an.

Pada akhir kitab tafsirnya, Imam Al-Baidhawi berusaha untuk "mempromosikan" keunggulan dan kehebatan tafsirnya yang disajikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan praktis, dengan harapan agar dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Bacaan tahmid dan shalawat menjadi penutup kitab tafsir ini. Adapun dalam penulisan, beliau menjelaskan tempat turunnya surat (Makki atau Madani) dan jumlah ayat dari surat yang sedang ditafsirkannya terlebih dahulu.

Setelah itu, Imam Al-Baidhawi menjelaskan makna ayat satu per satu, baik dengan menggunakan analisis kebahasaan, merujuk hadits-hadits Nabi maupun qira'at. Hampir di akhir setiap surat, beliau juga menyertakan hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan surat yang baru saja ditafsirkan.

Tanggapan Ulama terhadap Tafsir Al-Baidhawi

Tafsir Al-Baidhawi mendapatkan perhatian yang cukup besar dari kalangan ulama. Buktinya adalah banyaknya hasyiyah yang memberikan catatan dan komentar terhadap tafsir tersebut.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh al-majma' al-malaki, lebih dari 300 hasyiyah didapati mengacu pada Tafsir Al-Baidhawi, suatu perhatian yang sangat luar biasa. Selain itu, terdapat juga banyak terjemahan ke dalam berbagai bahasa yang dilakukan terhadap tafsir ini (Carverley, A-Baidhawi’s Matali’ al-Anzar: A Systemic Theologhy of Islam dalam Muslim World 53, [1963], halaman 293).

Meskipun mendapat banyak hasyiyah, Tafsir Al-Baidhawi mendapat tanggapan yang beragam dari berbagai kalangan. Ada yang memberikan penilaian yang memuji, namun ada pula yang menilai secara negatif.

Banyak yang berpendapat bahwa Al-Baidhawi merangkum tafsirnya dari kitab tafsir lainnya, terutama dari kitab Al-Kasyaf karya Az-Zamakhsyari.

Haji Khalifah dalam Kasyfu Dzunun menyebutkan bahwa Tafsir Al-Baidhawi merupakan kitab yang sangat penting dan kaya akan penjelasan. Menurutnya, kitab ini merupakan karunia dari Allah yang diterima dengan baik oleh para ulama, yang kemudian mengkajinya dan membuat hasyiah terhadapnya (Haji Khalifah, Kasyfu Dzunun, [Beirut, Darul Fikr: 1994 M], juz III, halaman 198).

Muhammad Husain Ad-Dzahabi menyatakan bahwa Tafsir Al-Baidhawi merupakan salah satu kitab induk di antara berbagai kitab tafsir, yang sangat penting bagi mereka yang ingin memahami firman Allah dan menggali rahasia serta maknanya (Ad-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun, juz I, halaman 303-304).

Untuk mendapatkan file kitab tafsir Al-Baidhawi versi pdfnya silahkan download disini (Jilid 1, Jilid 2, Jilid 3)

Dengan hadirnya artikel ini semoga bermanfaat dan jangan lupa untuk share artikel ini ya.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url