Imam Fakhruddin Ar-Razi

Mengenal Imam Fakhruddin Ar-Razi

Mengenal Imam Fakhruddin Ar-Razi

Dalam dunia ilmu tafsir, salah satu nama yang dikenal luas adalah Imam Fakhruddin Ar-Razi. Seperti halnya Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad, dan Imam Syafi’ dalam ilmu fiqih, serta Imam Al-Asy’ari dan Imam Al-Maturidi dalam ilmu aqidah, serta Imam Al-Ghazali dan Imam Junaid Al-Baghdadi dalam ilmu tasawuf, Imam Fakhruddin Ar-Razi diakui sebagai salah satu tokoh utama dalam bidang tafsir.

Karya-karya Imam Fakhruddin Ar-Razi tetap menjadi bacaan penting hingga saat ini, menandakan kedalaman pemikirannya dan ketelitian dalam penelitiannya. Ia tidak hanya terbatas pada ilmu tafsir semata, tetapi juga meluas ke berbagai cabang ilmu pengetahuan lainnya. Selain tafsir, ia juga mempelajari ilmu kalam, logika, fiqih, ushul fiqih, dan bahkan filsafat.

Salah satu karyanya yang terkenal adalah "Mafatihul Ghaib", yang sering disebut juga sebagai Tafsir Ar-Razi. Keahliannya tidak hanya dalam menafsirkan teks-teks suci, tetapi juga dalam memahami berbagai aspek syariat Islam secara menyeluruh. Ia dikenal sebagai seorang ulama multidisipliner yang mampu mendalami berbagai bidang ilmu dengan sempurna.

Imam Fakhruddin Ar-Razi tidak hanya dihormati karena produktivitasnya dalam menulis, tetapi juga karena kemampuannya dalam memahami dan mengaplikasikan pokok-pokok ajaran Islam ke dalam kehidupan sehari-hari. Semua ini menunjukkan dedikasi dan komitmen yang tinggi dalam meneliti dan menyebarkan ilmu pengetahuan, serta warisan intelektual yang berharga bagi umat Islam secara luas.

Baca juga: Tafsir Fakhrurrozi

Kehidupan dan Warisan Ilmiah

Menurut penuturan Imam Abul Falah Ibnul Imad dalam karyanya yang terkenal, Syadaratudz Dzahab, tokoh yang dikenal sebagai Fakhr al-Din al-Razi memiliki nama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Umar bin Husain Al-Qursyi At-Thabaristani. Dia dilahirkan pada tahun 544 Masehi di Ray, Iran (sekarang), dan berasal dari Thabaristan, yang merupakan wilayah kuno yang saat ini berada di Iran.

Fakhr al-Din al-Razi berasal dari latar belakang keluarga yang sangat taat beragama. Ayahnya, Imam Dhiyauddin, adalah seorang ulama terkemuka pada zamannya dan terkenal sebagai khotib (penceramah) di kota Ray. Oleh karena itu, nama "Ar-Razi" melekat padanya, dengan gelar Fakhr al-Din Ar-Razi Ibnul Khatib. Ayahnya juga seorang cendekiawan yang mahir dalam berbagai cabang ilmu syariat dan merupakan murid dari Imam Abu Muhammad Al-Baghawi.

Perjalanan Intelektual Fakhruddin Ar-Razi

Awalnya, Fakhruddin Ar-Razi belajar ilmu agama dari ayahnya, Imam Dhiyauddin, yang mengajarkannya mulai dari pengetahuan dasar Al-Quran, seperti tajwid dan makharijul huruf, hingga bacaan-bacaan asing yang terdapat dalam Al-Quran (gharaib).

Dibimbing oleh ayahnya, Ar-Razi tumbuh menjadi individu yang cerdas, tangkas, dan berbakat. Ia dengan mudah menerima dan menghafal semua ilmu yang diajarkan oleh ayahnya.

Selain mempelajari ilmu Al-Quran, Ar-Razi juga belajar ilmu fiqih dari ayahnya, memahami dialektika di dalamnya, dan bahkan menguasai banyak konsep fiqih mazhab Syafi’iyah, bahkan hingga menghafalnya, sejak usia sangat muda, hingga sang ayah meninggal.

Setelah wafatnya ayahnya, Ar-Razi melanjutkan studinya dengan mempelajari ilmu kalam dan hikmah kepada Imam Al-Jaili di Maragheh, Iran, yang merupakan murid dari Hujjatul Islam Al-Ghazali. Di bawah bimbingan Imam Al-Jaili, ia berhasil menguasai kitab As-Syamil karya Imam Al-Haramain, yang membahas ilmu kalam. Proses pembelajarannya berlangsung dalam jangka waktu yang cukup panjang.

Setelah menyerap ilmu dari Imam Al-Jaili, semangat Ar-Razi untuk mencari ilmu tidak pernah padam. Ia mengunjungi ulama-ulama terkenal pada zamannya, termasuk Imam Al-Kamal As-Samnani dan lainnya.

Ar-Razi juga melakukan perjalanan untuk mempelajari ilmu di berbagai tempat, seperti kota Khwaresmia dan kota-kota besar di Khorasan. Ia tidak kenal lelah dalam mengejar ilmu agama, bahkan setelah menguasai banyak bidang ilmu, ia masih terus belajar dan mengaji kepada para ulama.

Setelah melalui perjalanan panjang dalam menuntut ilmu, Ar-Razi akhirnya menjadi seorang yang sangat mendalam pengetahuannya dan luas pemahamannya. Ia dihormati dan dihargai oleh para ulama dan masyarakat pada zamannya.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Ar-Razi diberi berbagai gelar oleh para ulama dan masyarakat. Beberapa di antaranya adalah Fakhruddin (kebanggaan agama Islam), Abul Ma’ali (bapak kemuliaan), dan Khatibur Ray (ahli khutbah di kota Ray).

Wafatnya Fakhruddin Ar-Razi

Disebutkan dalam pengantar buku Ar-Risalah Al-Kamaliyah bahwa Imam Fakhruddin Ar-Razi meninggal dunia pada tahun 606 Hijriah di Herat, Afghanistan. Konon, ia meninggal dalam perselisihan pandangan dengan kelompok Al-Karamiyah terkait masalah kepercayaan (aqidah), yang bahkan mengkafirkannya. Dengan menggunakan tipu daya dan strategi licik, mereka konon meracuni Ar-Razi hingga nyawanya pun sirna, dan akhirnya ia kembali kepada Tuhannya (Ar-Risalatul Kamaliyah fil Haqaiqil Ilahiyah, halaman 8).

Demikianlah gambaran biografi dan perjalanan intelektual Imam Fakhruddin Ar-Razi, dari masa kecilnya hingga menjadi seorang ulama terkenal yang sangat produktif dalam berkarya.

Karya Fakhruddin Ar-Razi

Imam Fakhruddin Ar-Razi dikenal atas kontribusinya yang luas dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, yang karyanya tersebar luas dan menjadi bacaan yang populer di kalangan ilmuan. Karyanya tidak terbatas pada satu bidang ilmu saja, tetapi mencakup beragam cabang keilmuan, mulai dari tafsir, fiqih, ushul, filsafat, hingga kedokteran. Di antara karya-karya terkenalnya adalah:

  1. Tafsir Mafatihul Ghaib atau dikenal juga sebagai Tafsir Al-Kabir.
  2. Al-Mathalibul Aliyah minal Ilmil Ilahi.
  3. Muhasshalul Afkar al-Mutaqaddimin wal Mutaakhirin.
  4. Al-Mahsul fi ‘Ilmil Ushul.
  5. Al-Ma’alim fi Ushulil Fiqh.
  6. Lubabul Isyarat.
  7. Syarhul Isyarat wat Tanbihat.
  8. Syarhu ‘Uyunil Hikmah.
  9. Al-Mabahits al-Masyiriqiyyah fi ‘Ilmil Ilahiyyat wat Thabiyyat.
  10. Manqibus Syafi’i.

Selain karya-karya tersebut, Imam Fakhruddin Ar-Razi juga memiliki sejumlah karya lainnya yang tidak kalah pentingnya dalam pantheon karya ilmiahnya.


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url