Bab 8 : Hukum Nikah Beserta Problematikanya - Terjemah Ghoyah wa Taqrib

 

كِتَابُ النِّكَاحِ وَمَا يَتَعَلَّقُ بِهِ مِنَ الْأَحْكَامِ وَالْقَضَايَا

Hukum Nikah Beserta Problematikanya

Pernikahan

وَالنِّكَاحُ مُسْتَحَبُّ لِمَنْ يَحْتَاجُ إِلَيْهِ وَيَجُوزُ لِلْحُرِّ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ أَرْبَعِ حَرَائِرَ وَلِلْعَبْدِ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ اثْنَيْنِ وَلَا يَنكِحُ الخُرُ أَمَةً إِلَّا بِشَرْطَيْنِ : عَدَمُ صِدَاقِ الحَرَّةِ وَخَوْفُ الْعَنَتِ.

Nikah disunahkan bagi orang yang membutuhkannya. Diperbolehkan bagi laki-laki merdeka memiliki empat istri. Sedangkan bagi seorang budak laki-laki hanya diperbolehkan memiliki dua istri. Orang merdeka tidak diperbolehkan menikahi budak perempuan kecuali menetapi dua keadaan, yaitu tidak punya mahar untuk perempuan merdeka dan takut akan terperosok dalam perzinaan.

Hukum Melihat Wanita

وَنَظَرُ الرَّجُلِ إِلَى الْمَرْأَةِ عَلَى سَبْعَةِ أَضْرُبٍ أَحَدُهَا نَظَرُهُ إِلَى أَجْنَبِيَّةٍ لِغَيْرِ حَاجَةٍ فَغَيْرُ جَائِزِ وَالثَّانِي نَظَرُهُ إِلَى زَوْجَتِهِ وَأَمَّتِهِ فَيَجُوْزُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى مَا عَدَا الْفَرْجَ مِنْهُمَا وَالثَّالِثُ نَظَرُهُ إِلَى ذَوَاتِ مَحَارِمِهِ أَوْ أُمَّتِهِ الْمُزَوَّجَةِ فَيَجُوزُ فِيْمَا عَدَا مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ وَالرَّابِعُ النَّظَرُ لِأَجْلِ النِكَاحِ فَيَجُوزُ إِلَى الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ وَالخَامِسُ النَّظَرُ لِلْمُدَاوَاةِ فَيَجُوزُ إِلَى الْمَوَاضِعِ الَّتِي يَحْتَاجُ إِلَيْهَا وَالسَّادِسُ النَّظَرُ لِلشَّهَادَةِ أَوْ لِلْمُعَامَلَةِ فَيَجُوزُ النَّظَرُ إِلَى الْوَجْهِ خَاصَّةً وَالسَّابِعُ النَّظَرُ إِلَى الْأُمَّةِ عِنْدَ ابْتِيَاعِهَا فَيَجُوْزُ إِلَى الْمَوَاضِعِ الَّتِي يَحْتَاجُ إِلَى تَقْلِيْبِهَا

Hukum melihat perempuan bagi orang laki-laki itu ada tujuh macam, yaitu:
  1. Melihatnya laki-laki pada wanita tanpa adanya sebab, hukumnya tidak diperbolehkan.
  2. Melihatnya laki-laki pada istri atau budak perempuannya, hukumnya diperbolehkan selain kemaluannya.
  3. Melihatnya laki-laki pada perempuan mahramnya (perempuan yang tidak boleh dinikahinya) atau budak perempuannya yang telah dinikahkan dengan orang lain itu boleh selain pada anggota tubuh antara pusar sampai lututnya.
  4. Melihatnya laki-laki pada perempuan yang akan dinikahinya, maka hanya diperbolehkan pada wajah dan telapak tangannya.
  5. Melihatnya laki-laki pada perempuan untuk kepentingan pengobatan, maka hanya diperbolehkan melihat pada anggota- anggota yang dibutuhkan untuk pengoba-tannya.
  6. Melihatnya laki-laki pada perempuan untuk kepentingan persaksian atau pekerjaan maka hanya diperbolehkan pada wajah saja.
  7. Melihatnya laki-laki pada budak perempuan yang akan dibelinya, maka diperbolehkan melihat anggota yang sekira perlu untuk dilihat.

Pasal  Syarat Pernikahan

(فَصْلُ) وَلَا يَصِحُ عَقْدُ النِّكَاحِ إِلَّا بِوَلِي وَشَاهِدَيْ عَدْلٍ وَيَفْتَقِرُ الْوَلِيُّ وَالشَّاهِدَانِ إِلَى سِتَّةِ شَرَائِط : الْإِسْلَامُ وَالْبُلُوغُ وَالْعَقْلُ وَالْحَرِيَّةُ وَالدُّكَوْرَةُ وَالْعَدَالَهُ إِلَّا أَنَّهُ لَا يَفْتَقِرُّ نِكَاحُ الدِّمِّيَّةِ إِلَى إِسْلَامِ الْوَلِي وَلَا نِكَاحُ الْأَمَةِ إِلَى عَدَالَةِ السَّيِّدِ.

Akad nikah tidak sah kecuali dengan hadirnya wali dan dua saksi yang adil. Sedangkan wali dan dua saksi yang adil itu harus menetapi enam syarat, yaitu :

  1. Islam.
  2. Baligh.
  3. Berakal
  4. Merdeka.
  5. Laki-laki.
  6. Adil.

Syarat islam tidak berlaku bagi wali ketika terjadi pernikahan dengan mempelai perempuan kafir dzimmy, begitu juga syarat adil tidak berlaku bagi wali yang menikahkan budak perempuannya.

Wali Nikah

وَأَوْلَى الْوَلَاةُ الأَبُ، ثُمَّ الجد أبو الأب، ثُمَّ الْآخِ لِلآب والأم، ثُمَّ الْأَحْ لِلْآبِ ثُمَّ، ابْنُ الْآخِ لِلْأَبِ وَالْأُمّ، ثُمَّ ابْنُ الْآخِ لِلْأَبِ، ثُمَّ الْعَمُّ ، ثُمَّ ابْنُهِ عَلَى هَذَا التَّرْتِيبِ. فَإِذَا عُدِمَتِ الْعَصَبَاتُ فَالْمَوْلَى الْمُعْتِقُ ثُمَّ عَصَابَتُهُ ثُمَّ الْحَاكِمُ

Urutan wali nikah adalah sebagai berikut:
  1. Ayah.
  2. Kakek dari ayah.
  3. Saudara kandung.
  4. Saudara seayah.
  5. Anak laki-laki saudara kandung.
  6. Anak laki-laki saudara seayah.
  7. Paman.
  8. Anak laki-laki paman sebagaimana urutan diatas (mendahulukan yang kandung).

Manakala wali nasab tidak ada maka wali berpindah pada Maula mu'thiq (orang yang memerdekakannya) kemudian pada ahli ashabahnya Maula mu’thiq dan yang terakhir berpindah pada hakim.

Hukum Lamaran

وَلَا يَجُوْزُ أَنْ يُصَرَحَ بِخِطْبَةِ مُعْتَدَةٍ وَيَجُوزُ أَنْ يُعَرِضَ لَهَا وَيَنْكِحَهَا بَعْدَ انْقِضَاءِ عِدَّتِهَا. وَالنِّسَاءُ عَلَى ضَرْبَيْنِ ثَيِّبَاتٍ وَأَبْكَارِ، فَالْبِكْرُ يَجُورُ لِلْأَبِ وَالْجِدَ إِجْبَارُهَا عَلَى النِكَاحِ، وَالطَّيِّبُ لَا يَجُوْزُ تَزْوِيجُهَا إِلَّا بَعْدَ بُلُوغِهَا وَإِذْنِهَا.

Melamar wanita yang sedang dalam masa iddah secara terang- terangan itu dilarang, melainkan namun diperbolehkan melamar dengan sindiran-sindiran halus (samar-samar) untuk kemudian menikahinya setelah habisnya masa iddah.

Perempuan terbagi menjadi dua kategori, yaitu perawan (bikr) dan janda (tsayyib). Bagi seorang ayah atau kakek itu boleh memaksa anak gadisnya yang masih perawan untuk menikah, adapun untuk anaknya yang sudah janda (tidak perawan lagi) maka tidak diperkenankan untuk menikahkannya kecuali jika sudah baligh dan sesuai atas izinnya.

Pasal Mahram

(فَصْلُ) وَالْمُحَرَّمَاتُ بِالنَّصِ أَرْبَعَ عَشْرَةَ سَبْعُ بِالنَّسَبِ وَهُنَّ الْأُمُّ وَإِنْ عَلَتْ وَالْبِنْتُ وَإِنْ سَفَلَتْ وَالْأُخْتُ وَالْخَالَهُ وَالْعَمَّةُ وَبِئْتُ الأَخِ وَبِئْتُ الْأُخْتِ، وَاثْنَتَانِ بِالرَّضَاعَ : الْأُمُّ الْمُرْضِعَةُ وَالْأُخْتُ مِنَ الرَّضَاعِ، وَأَرْبَعُ بِالْمُصَاهَرَةِ : أُمُّ الزَّوْجَةِ وَالرَّبِيبَةِ إِذَا دَخَلَ بِالْأُمِّ وَزَوْجَةُ الْأَبِ وَزَوْجَةُ الْاِبْنِ، وَوَاحِدَةً مِنْ جِهَةِ الجَمْعِ وَهِيَ أُخْتُ الزَّوْجَةِ. وَلَا يَجْمَعُ بَيْنَ الْمَرْأَةِ وَعَمَّتِهَا وَلَا بَيْنَ الْمَرْأَةِ وَخَالَتِهَا وَيَحْرُمُ مِنَ الرَّضَاعَ مَا يَحْرُمُ مِنَ النَّسَبِ .

Perempuan mahram (yang haram untuk dinikahi) sesuai yang tertera dalam Al Qur'an ada empat belas macam, dengan perincian sebagai berikut:
  1. Tujuh orang sebab adanya hubungan nasab, yaitu:
    • Ibu dan keturunan keatas (nenek serta buyut-buyutnya).
    • Anak perempuan dan keturunan perempuan kebawah.
    • Saudara perempuan.
    • Bibi dari ibu.
    • Bibi dari ayah.
    •  Anak perempuannya saudara laki-laki (keponakan).
    • Anak perempuannya saudara perempuan (keponakan).
  2. Dua orang diantaranya disebabkan adanya hubunggan radla' (sepersusuan), mereka adalah: sang ibu radla' dan saudara radla'.
  3. Empat orang lainnya disebabkan oleh akad pernikahan, mereka adalah:
    • Ibunya istri (ibu mertua) 
    • Anak tiri perempuan (jika ibunya sudah digauli) 
    • Istrinya ayah mertua (ibu tiri istri).
    • Istri anak laki-laki.
  4. Satu disebabkan karena dipoligami, yaitu: saudara istri (tidak boleh berpoligami dengan dua orang bersaudara).
Tidak diperbolehkan pula memadu antara istri dengan bibinya baik dari ayahnya ataupun dari jalur ibunya. Hal-hal yang diharamkan karena nasab itu juga haram karena radla' (sepersusuan).

A'ib Nikah

وَتُرَدُّ الْمَرْأَةُ بِخَمْسَةِ عُيُوبِ : بِالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَالْبَرَصِ وَالرَّتَقِ وَالْقَرَنِ. وَيُرَدُّ الرَّجُلُ بِخَمْسَةِ عُيُوبِ بِالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَالْبَرَصِ وَالْجَبِ وَالْعُنَّةِ.

Sebab-sebab istri dapat dikembalikan pada keluarganya adalah ditemukannya salah satu dari lima ‘aib di bawah ini:

  1. Gila.
  2. Lepra.
  3. Barash (belang).
  4. Kemaluannya buntu karena tersumbat daging.
  5. Kemaluannya buntu karena tersumbat tulang.

Adapun aib yang dapat menyebabkan seorang suami dapat dikembalikan pada keluarganya itu juga ada lima sebagai berikut:

  1. Gila.
  2. Lepra.
  3. Barash (belang).
  4. Putus kemaluannya. 
  5. Imponten.

Pasal : Maskawin

(فَصْلُّ) وَيُسْتَحَبُّ تَسْمِيَةُ الْمَهْرِ فِي النِّكَاحِ فَإِنْ لَمْ يُسَمَّ صَحَ الْعَقْدُ. وَوَجَبَ الْمَهْرُ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ أَنْ يُفْرِضَهُ الزَّوْجُ عَلَى نَفْسِهِ أَوْ يَفْرِضَهُ الْحَاكِمُ أَوْ يَدْخُلُ بِهَا فَيَجِبُ مَهْرُ الْمِثْلِ. وَلَيْسَ لِأَقَلِ الصَّدَاقِ وَلَا لِأَكْثَرِهِ حَدٌ وَيَجُوْزُ أَنْ يَتَزَوَّجَهَا عَلَى مَنْفَعَةٍ مَعْلُوْمَةٍ وَيَسْقُطُ بِالطَّلَاقِ قَبْلَ الدُّخُوْلِ نِصُفُ الْمَهْرِ.

Menyebutkan suatu mahar dalam akad pernikahan hukumnya sunah, maka seandainya mahar tidak disebutkan, akad nikah tetap sah. Wajibnya mahar (diberikan pada istri) itu sebab tiga perkara, yaitu:

  1. Suami mewajibkan sendiri mahar tersebut menjadi tanggungannya.
  2. Mahar ditetapkan oleh hakim.
  3. Mahar karena suami telah menjamah istrinya maka yang wajib adalah mahar mitsilnya.

Tiada ketentuan yang pasti dalam syara' mengenai minimal dan maksimal suatu mahar. Diperbolehkan bagi laki-laki menikah menggunakan mahar manfaat yang sudah jelas. Apabila terjadi perceraian sebelum dijima', maka setengah maharnya (yang telah ditentukan) telah gugur.

Pasal Resepsi Pernikahan

(فَصْلُ) وَالْوَلِيْمَةُ عَلَى الْعُرْسِ مُسْتَحَبَّةُ وَالْإِجَابَةُ إِلَيْهَا وَاجِبَةً إِلَّا مِنْ عُذْرٍ

Menyelenggarakan pesta pernikahan adalah disunahkan sedangkan untuk memenuhi undangan walimah adalah wajib selama tidak punya udzur.

Pasal Penggiliran Istri

(فَصْلُّ) وَالتَّسْوِيَةُ فِي الْقَسْمِ بَيْنَ الزَّوْجَاتِ وَاجِبَةً وَلَا يَدْخُلُ عَلَى غَيْرِ الْمَقْسُوْمِ لَهَا لِغَيْرِ حَاجَةٍ. وَإِذَا أَرَادَ السَّفَرَ أَقْرَعَ بَيْنَهُنَّ وَخَرَجَ بِالَّتِي تَخْرُجُ لَهَا الْقَرْعَةُ. وَإِذَا تَزَوَّجَ جَدِيْدَةً خَصَّهَا بِسَبْعِ لَيَالٍ إِنْ كَانَتْ بِكْرًا وَبِثَلَاثٍ إِنْ كَانَتْ ثَيِّبًا. وَإِذَا خَافَ نُشُوْزَ الْمَرْأَةِ وَعَظَهَا فَإِنْ أَبَتْ إِلَّا النُّشُوْزَ هَجَرَهَا فَإِنْ أَقَامَتْ عَلَيْهِ هَجَرَهَا وَضَرَبَهَا وَيَسْقُطُ بِالنُّشُوْزِ قَسْمُهَا وَنَفَقَتُهَا.

Pembagian jatah yang sama pada para istri hukumnya adalah wajib. Selain itu, suami dilarang masuk pada rumah istri yang sedang tidak mendapat jatah tanpa adanya suatu kebutuhan tertentu.

Ketika suami hendak bepergian, maka suami mengadakan undian untuk menentukan istri yang berhak mendampinginya bepergian, maka nama yang keluar dalam undian, dialah yang berhak mendampingi suami bepergian.

Jika suami menikah lagi dengan perempuan yang masih perawan maka dia harus memberikan jatah tujuh hari khusus untuk istri barunya tersebut, dan jika istri barunya itu janda maka cukup mengkhususkannya selama tiga hari saja.

Suami hendaknya menasehati istrinya yang nusyuz (membangkang). Apabila masih tetap nusyuz, maka sebaiknya suami meninggalkannya tidur sendiri (pisah ranjang). Dan bila masih tetap pada pendiriannya, maka suami berhak meninggalkan serta memukulnya. Nusyuz dapat menyebabkan menggugurkan hak jatah giliran dan nafkah seorang istri.

Pasal : Khulu'

(فَصْلُ) وَالْخُلْعُ جَائِزٌ عَلَى عِوَضٍ مَعْلُوْمٍ، وَتَمْلِكُ بِهِ الْمَرْأَةُ نَفْسَهَا وَلَا رَجْعَةَ لَهُ عَلَيْهَا إِلَّا بِنِكَاحِ جَدِيدٍ. وَيَجُوْزُ الْخُلْعُ فِي الظُّهْرِ وَفِي الْحَيْضِ وَلَا يَلْحَقُ الْمُخْتَلِعَةُ الطَّلَاقَ.

Khulu' itu dapat diberlakukan dengan memberikan imbalan tertentu yang sudah diketahui. Dengan Khulu' ini seorang istri terbebas dari suaminya serta tidak berlaku hukum ruju' kecuali dengan akad nikah yang baru. 309 Akad khulu' ini boleh dilaksanakan baik ketika waktu suci maupun haidl. Perempuan yang melakukan khulu' tidak dapat terkena talak.

Pasal Perceraian

(فَضْلُ) وَالطَّلَاقُ ضَرْبَانِ صَرِيْحُ وَكِنَايَةُ فَالصَّرِيْحُ ثَلَاثَةُ أَلْفَاظِ الطَّلَاقُ وَالْفِرَاقُ وَالسَّرَاحُ. وَلَا يَفْتَقِرُّ صَرِيْحُ الطَّلَاقِ إِلَى النِّيَّةِ. وَالْكِنَايَةُ كُلُّ لَفْظُ احْتَمَلَ الطَّلَاقَ وَغَيْرَهُ وَيَفْتَقِرُّ إِلَى النَّيَّةِ. وَالنِّسَاءُ فِيْهِ ضَرْبَانِ ضَرْبٌ فِي طَلَاقِهِنَّ سُنَّةٌ وَبِدْعَةٌ وَهُنَّ ذَوَاتُ الخَيْضِ فَالسُّنَّةُ أَنْ يُـوقع الطَّلَاقُ فِي طُهْرٍ غَيْرِ مُجَامِعِ فِيْهِ وَالْبِدْعَةُ أَنْ يُوْقَعَ الطَّلَاقُ فِي الْخَيْضِ أَوْ طُهْرٍ جَامَعَهَا فِيْهِ وَضَرْبٌ لَيْسَ فِي طَلَاقُهُنَّ سُنَةٌ وَلَا بِدْعَةٌ وَهُنَّ أَرْبَعُ الصَّغِيرَة وَالأَيْسَةُ وَالحَامِلُ وَالْمُخْتَلِعَةُ الَّتِي لَمْ يَدْخُلْ بِهَا.

Talak terbagi menjadi dua macam, yaitu: sharih (dengan kata- kata yang jelas) dan kinayah (dengan kata-kata sindiran). Adapun talak sharih mempunyai tiga kosa kata, yaitu: thalaq (cerai), firaq (pisah) dan sirah (lepas). talak sharih ini tidak memerlukan pada niat. Sementara talak kinayah ialah talak yang menggunakan kata-kata yang dapat bermakna talak atau yang lainnya serta butuh akan niat. Perempuan dalam hal talak itu terbagi menjadi dua:

  1. Perempuan yang punya hukum sunah hukum sunah dan bid'ah dalam pentalakannya. Mereka adalah perempuan-perempuan yang masih bisa haidl. talak yang sunah adalah talak yang jatuh ketika masa- masa suci yang belum dijima'. Sedangkan talak bid'ah ialah talak yang jatuh pada masa haidl atau pada masa suci yang sudah melakukan jima' dalam masa suci tersebut.
  2. Perempuan yang tidak punya hukum sunah ataupun bid'ah dalam pentalakannya. Perempuan-perempuan ini mencakup empat kategori, yaitu: anak kecil, ayisah (monophouse), wanita hamil dan wanita yang khulu' sebelum dijima'.

Pasal Hak Talaq

(فَصْلُّ) وَيَمْلِكُ الْخُرُّ ثَلَاثَ تَطْلِيْقَاتٍ وَالْعَبْدُ تَظْلِيْقَتَينِ وَيَصِحُ الْاِسْتِثْنَاءُ فِي الطَّلَاقِ إِذَا وَصَلَهُ بِهِ وَيَصِحُ تَعْلِيْقُهُ بِالصَّفَةِ وَالشَّرْطِ وَلَا يَقَعُ الطَّلَاقُ قَبْلَ النِّكَاحِ. وَأَرْبَعُ لَا يَقَعُ طَلَاقُهُمْ الصَّبِيُّ وَالْمَجْنُونُ وَالنَّائِمُ وَالْمُكْرَهُ.

Laki-laki yang merdeka mempunyai tiga talak,' sedangkan budak hanya memiliki dua talak. Pengecualian dalam talak itu sah apabila disambung dengan kata sebelumnya (seperti contoh: "Saya mentalakmu tiga kecuali dua". Talak dengan menggantungkan pada suatu sifat atau syarat tetap sah. Talak tidak dapat dilaksanakan sebelum adanya akad pernikahan.

Orang-orang yang tidak sah talaknya ada empat:

  1. Anak kecil.
  2. Orang gila.
  3. Orang tidur.
  4. Orang yang terpaksa.

Pasal Ruju'

(فَصْلٌ) وَإِذَا طَلَقَ امْرَأَتَهُ وَاحِدَةً أَوِ اثْنَتَيْنِ فَلَهُ مُرَاجَعَتُهَا مَا لَمْ تَنْقُضْ عِدَّتُهَا فَإِنِ انْقَضَتْ عِدَّتُهَا حَلَّ لَهُ نِكَاحُهَا بِعَقْدِ جَدِيدٍ وَتَكُوْنُ مَعَهُ عَلَى مَا بَقِيَ مِنَ الطَّلَاقِ فَإِنْ طَلَّقَهَا ثَلَاثًا لَمْ تَحِلَّ لَهُ إِلَّا بَعْدَ وُجُوْدِ خَمْسِ شَرَائِطَ : انْقِضَاءُ عِدَّتِهَا مِنْهُ، وَتَزْوِيْجُهَا بِغَيْرِهِ، وَدُخُولُهُ بِهَا وَإِصَابَتُهَا، وَبَيْنُوْنَتِهَا مِنْهُ، وَانْقِضَاءُ عِدَّتِهَا مِنْهُ.

Suami yang mentalak istrinya dengan satu atau dua talakan itu boleh meruju' (kembali) istrinya selama belum habis masa iddahnya. Apabila masa iddahnya istri habis, maka suami masih bisa kembali pada istri dengan akad nikah yang baru dengan masih memberlakukan sisa talak yang telah dijatuhkan (bila talak satu, maka tersisa dua kali talak).

Apabila suami mentalak istrinya tiga talakan, maka istri tersebut tidak halal dinikahinya lagi kecuali dengan lima syarat:

  1. Habisnya masa iddah dari suaminya.
  2. Telah menikah dengan orang lain.
  3. Sudah dijima' oleh suami barunya.
  4. Sudah diceraikan (oleh suami barunya).
  5. Habis masa iddahnya (dari suami barunya).

Pasal Sumpah Ila'

(فَصْلٌ) وَإِذَا حَلَفَ أَنْ لَا يَطَأَ زَوْجَتَهُ مُطْلَقاً أَوْ مُدَّةً تَزِيْدُ عَلَى أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ فَهُوَ مُوْلٍ وَيُؤَجِلُ لَهُ إِنْ سَأَلَتْ ذَلِكَ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ ثُمَّ يُخَيَّرُ بَيْنَ الْفَيْئَةِ وَالتَّكْفِيرِ أَوِ الطَّلَاقِ فَإِنِ امْتَنَعَ طَلَقَ عَلَيْهِ الْحَاكِمُ.

Seorang yang bersumpah tidak menjima' istrinya secara mutlak atau dalam waktu yang lebih dari empat bulan, maka ia disebut dengan orang yang ila', dan ia diberi batas waktu selama empat bulan, hal ini jika sang istri telah meminta. Kemudian ia dipaksa memilih antara dua hal, yaitu: mencabut sumpah dan membayar kafarat atau mentalaknya. Jika ia menolak untuk memilih, maka hakim yang berhak menjatuhkan talaknya.

Pasal Dhihar

(فَصْلٌ) وَالظَّهَارُ أَنْ يَقُوْلَ الرَّجُلُ لِزَوْجَتِهِ أَنْتِ عَلَيَّ كَظَهْرِ أُتِي فَإِذَا قَالَ لَهَا ذَلِكَ وَلَمْ يُتْبِعْهُ بِالطَّلَاقِ صَارَ عَائِدًا وَلَزِمَتْهُ الْكَفَّارَةُ وَالْكَفَّارَةُ عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ سَلِيْمَةٍ مِنَ الْعُيُوْبِ الْمُضِرَّةِ بِالْعَمَلِ وَالْكَسْبِ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتَيْنَ مِسْكِيْنًا كُلُّ مِسْكِيْنٍ مُدُّ وَلَا يَحِلُّ لِلْمَظَاهِرِ وَظُؤُهَا حَتَّى يُكَفِّرَ.

Dhihar adalah perkataan seorang laki-laki kepada istrinya "Bagiku engkau seperti punggung seperti punggung ibuku", jika ia telah mengucapkannya dan tidak disertai talak maka ia menjadi a'id (mencabut pernyataannya) dan wajib membayar kafarat (denda). Kafaratnya adalah dengan memerdekakan budak yang mukmin yang tidak memiliki cacat yang dapat mengganggu daya kerja dan usahanya. Jika ia tidak mampu maka diganti dengan puasa dua bulan berturut- turut, dan jika tetap masih tidak mampu maka denda beralih berupa memberi makan enam puluh orang miskin dan setiap orang mendapat satu mud. Orang yang berdhihar tidak halal menjima' istrinya selama belum membayar kafarat.

Pasal Li'an

(فَصْلٌ) وَإِذَا رَمَى الرَّجُلُ زَوْجَتَهُ بِالرِّنَا فَعَلَيْهِ حَدَّ الْقَذَفِ إِلَّا أَنْ يُقِيْمَ الْبَيِّنَةَ أَوْ يُلَاعِنَ فَيَقُوْلُ عِنْدَ الْحَاكِمِ فِي الْجامِعِ عَلَى الْمِنْبَرِ فِي جَمَاعَةٍ مِنَ النَّاسِ " أَشْهَدُ بِاللَّهِ إِنَّنِي لَمِنَ الصَّادِقِيْنَ فِيْمَا رَمَيْتُ بِهِ زَوْجَتِي فُلَانَةً مِنَ الزَّنَا وَإِنَّ هَذَا الْوَلَدَ مِنَ الزَّنَا وَلَيْسَ مِنِّي أَرْبَعَ مَرَّاتٍ وَيَقُوْلُ فِي الْخَامِسَةِ بَعْدَ أَنْ يَعِظُهُ الْحَاكِمُ " وَعَلَّي لَعْنَةُ اللهِ إِنْ كُنْتُ مِنَ الْكَاذِبِيْنَ " وَيَتَعَلَّقُ بِلِعَانَهِ خَمْسَةُ أَحْكَامٍ سُقُوْطُ الْحَدِ عَنْهُ وَوُجُوْبُ الْحَدِ عَلَيْهَا وَزَوَالُ الْفِرَاشِ وَنَفْيُ الْوَلَدِ وَالتَّحْرِيْمُ عَلَى الْأَبَدِ. وَيَسْقُطُ الْحَدُّ عَنْهَا بِأَنْ تَلْتَعِنَ فَتَقُوْلُ " أَشْهَدُ بِاللَّهِ إِنَّ فُلَانًا هَذَا لَمِنَ الْكَاذِبِينَ فِيْمَا رَمَانِي بِهِ مِنَ الزِّنَا " أَرْبَعَ مَرَّاتٍ وَتَقُولُ فِي الْمَرَّةِ الْخَامِسَةِ بَعْدَ أَنْ يَعِظُهَا الْحَاكِمُ " وَعَلَّى غَضَبُ اللَّهِ إِنْ كَانَ مِنَ الصَّادِقِيْنَ .

Jika seorang laki-laki menuduh istrinya berzina maka ia dikenakan had qadhaf kecuali ia dapat menghadirkan saksi atau sumpah li'an dihadapan hakim, di masjid jami' (atau balai pertemuan), di atas mimbar serta dihadapan orang banyak dengan ucapan “Aku bersaksi demi Allah sungguh aku termasuk orang-orang yang benar dalam apa yang aku tuduhkan terhadap istriku fulanah, yakni berzina, dan sungguh anak ini adalah hasil dari perzinahan bukan dari benihku". Sumpah tersebut diucapkan sebanyak empat kali, kemudian ia bersumpah untuk yang kelima kalinya dengan ucapan “Laknat Allah akan menimpaku jika aku termasuk orang-orang yang berbohong" sumpah ini diucapkan setelah hakim memberikan nasehat kepadanya. Dengan sumpah li'an di atas, maka tetaplah lima hukum:
  1. Gugurnya hukuman had atasnya.
  2. Wajibnya had zina atas istrinya.
  3. Hilangnya hubungan ranjang (rusak perkawinannya selamanya).
  4. Peniadaan nasab pada anak tersebut.
  5. Keharaman antara dia dan istrinya untuk selamanya.
Had zina atas istri itu dapat gugur jika si istri juga mengucapkan li'an dengan perkataaan "Aku bersaksi demi Allah, sesungguhnya fulan ini termasuk orang-orang yang dusta terhadap apa yang dituduhkan padaku yakni zina”, sumpah ini diucapkan sebanyak empat kali kemudian ia bersumpah untuk yang kelima kalinya setelah mendapatkan nasehat dari hakim dengan ucapan "Niscaya murka Allah akan menimpaku jika ia tergolong orang-orang yang benar

Pasal Iddah

(فَصْلُ) وَالْمُعْتَدَّةُ عَلَى ضَرْبَيْنِ مُتَوَفَّى عَنْهَا وَغَيْرُ مُتَوَفَّى عَنْهَا. فَالْمُتَوَفَّى عَنْهَا إِنْ كَانَتْ حَامِلًا فَعِدَّتُهَا بِوَضْعِ الْحَمْلِ، وَإِنْ كَانَتْ حَائِلًا فَعِدَّتُهَا أَرْبَعَةُ أَشْهُرٍ وَعَشْرَ. وَغَيْرُ الْمُتَوَفَّى عَنْهَا إِنْ كَانَتْ حَامِلًا فَعِدَّتُهَا بِوَضْعِ الْحَمْلِ وَإِنْ كَانَتْ حَائِلًا وَهِيَ مِنْ ذَوَاتِ الْخَيْضِ فَعِدَّتُهَا ثَلَاثَةُ قُرُوْءٍ وَهِيَ الْإِظْهَارُ وَإِنْ كَانَتْ صَغِيْرَةً أَوْ أَيسَةً فَعِدَّتُهَا ثَلَاثَةُ أَشْهُرٍ. وَالْمُطَلَّقَةُ قَبْلَ الدُّخُوْلِ بِهَا لَا عِدَّةَ عَلَيْهَا. وَعِدَّةُ الْأَمَةِ بِالْحَمْلِ كَعِدَّةِ الْحُرَّةِ وَبِالْأَقْرَاءِ إِنْ تَعْتَدَّ بِقَرْأَيْنِ. وَبِالْشُهُوْرِ عَنِ الْوَفَاةِ إِنْ تَعْتَدَّ بِشَهْرَيْنِ وَخَمْسُ لَيَالٍ وَعَنِ الطَّلَاقِ إِنْ تَعْتَدَّ بِشَهْرٍ وَنِصْفِ فَإِنِ اعْتَدَّتْ بِشَهْرَيْنِ كَانَ أَوْلَى.

Sebab-sebab perempuan yang iddah itu terbagi menjadi dua, yaitu:

  • Iddah sebab ditinggal wafat suaminya.
  • Iddah sebab ditalak suaminya.

Bagi perempuan yang ditinggal mati suaminya, jika dalam masa hamil maka iddahnya sampai melahirkan dan jika tidak hamil maka iddahnya sampai empat bulan dan sepuluh hari. Bagi perempuan hamil yang ditalak suaminya, maka masa iddahnya sampai melahirkan. Jika perempuan yang ditalak suami itu tidak hamil maka iddahnya adalah:

  • Apabila ia masih bisa haidl maka masa iddahnya adalah tiga quru' (tiga kali masa suci).
  • Apabila ia tergolong masih kecil (belum bisa haidl) atau sudah tua/ monopouse (sudah tidak dapat haidl lagi), maka masa iddahnya adalah tiga bulan. 

Adapun perempuan yang belum pernah dikumpuli suaminya, tidak memiliki masa iddah. 

Bagi seorang amat (budak perempuan) yang hamil, masa iddahnya sama dengan perempuan merdeka, yaitu sampai melahirkan. Apabila ia tergolong perempuan yang iddahnya dengan quru' maka iddahnya adalah dua quru' (dua kali masa suci), dan jika iddahnya menggunakan bulan maka: 

  • Jika karena ditinggal wafat suaminya maka iddahnya adalah dua bulan dan lima hari (setengah dari iddah perempuan merdeka). 
  • Jika karena ditalak suaminya maka iddahnya adalah satu bulan lima belas hari, namun yang lebih utama adalah digenapkan dua bulan.

Masa Iddah bagi Perempuan Merdeka Budak
Ditinggal Mati Ditalak Ditinggal Mati Ditalak
Hamil Melahirkan
Tidak Hamil 4 Bulan 10 Hari - 2 Bulan 5 hari
Bisa Haid - 3 Quru' 2 Quru'
Tidak/Belum Haid - 3 Bulan 1 Bulan 15 Hari atau 2 Bulan

Pasal Hak Perempuan Iddah

(فَصْلُ) وَيَجِبُ لِلْمُعْتَدَّةِ الرَّجْعِيَّةِ السُّكْنَي وَالنَّفَقَةُ، وَيَجِبُ لِلْبَائِنِ السُّكْنَي دُوْنَ النَّفَقَةِ إِلَّا أَنْ تَكُوْنَ حَامِلًا، وَيَجِبُ عَلَى الْمُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا الْإحْدَادُ وَهُوَ الْاِمْتِنَاعُ مِنَ الزِيْنَةِ وَالطَّيْبِ. وَعَلَى الْمُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا وَالْمَبْتُوْتَةُ مُلَازَمَةُ الْبَيْتِ إِلَّا لِحَاجَةٍ.

Perempuan yang dalam masa iddah raj'iyah (boleh diruju) itu wajib mendapatkan fasilitas tempat tinggal dan nafkah. Sedangkan perempuan yang dalam masa iddah ba'in (tidak dapat diruju) itu wajib mendapat fasilitas tempat tinggal tapi tidak wajib mendapatkan nafkah kesehariannya kecuali ia dalam keadaan hamil.

Perempuan yang ditinggal mati suaminya itu wajib ihdad, yaitu berkabung dengan tidak memakai perhiasan dan wewangian. Seorang yang ditinggal mati suaminya atau yang ditalak ba'in diwajibkan menetap dalam rumah kecuali jika ada kebutuhan tertentu.

Pasal Istibra'

(فَصْلُّ) وَمَنْ اسْتَحْدَثَ مِلْكَ أَمَةٍ حَرُمَ عَلَيْهِ الْاِسْتِمْتَاعُ بِهَا حَتَّى يَسْتَبْرَئَهَا، إِنْ كَانَتْ مِنْ ذَوَاتِ الْخَيْضِ بِحَيْضَةٍ، وَإِنْ كَانَتْ مِنْ ذَوَاتِ الشُّهُوْرِ بِشَهْرٍ فَقَدْ، وَإِنْ كَانَتْ مِنْ ذَوَاتِ الْحَمْلِ بِالْوَضْعِ. وَإِذَا مَاتَ سَيِّدُ أُمِّ الْوَلَدِ اسْتَبْرَأَتْ نَفْسَهَا كَالْأَمَةِ.

Seseorang yang memiliki amat (budak perempuan) diharamkan menikmatinya sebelum memastikan kebersihan rahimnya (istibra) dengan menunggu satu kali haidl jika ia tergolong perempuan yang bisa haidl, atau satu bulan jika ia termasuk perempuan yang tidak haidl.

Apabila budak perempuan tersebut hamil, maka seseorang tersebut harus menunggunya sampai amat barunya tersebut melahirkan. Ketika pemilik budak ummul walad meninggal, maka ummul walad tersebut memastikan kebersihan rahimnya sendiri (istibra) sebagaimana amat.

Pasal Radla'

(فَصْلٌ) وَإِذَا أَرْضَعَتْ الْمَرْأَةُ بِلَبَنِهَا وَلَدًا صَارَ الرَّضِيعُ وَلَدَهَا بِشَرْطَيْنِ : أَحَدُهُمَا أَنْ يَكُوْنَ لَهُ دُوْنَ الْخَوْلَيْنِ وَالثَّانِي أَنْ تُرْضِعَهُ خَمْسَ رَضَعَاتٍ مُتَفَرِّقَاتٍ، وَيَصِيْرُ زَوْجُهَا أَبًا لَهُ. وَيَحْرُمُ عَلَى الْمُرْضَعِ التَّزْوِيْجُ إِلَيْهَا وَإِلَى كُلِ مَنْ نَاسَبَهَا. وَيَحْرُمُ عَلَيْهَا التَّزْوِيْجُ إِلَى الْمُرْضِعِ وَوَلَدِهِ دُوْنَ مَنْ كَانَ فِي دَرَجَتِهِ أَوْ أَعْلَى طَبَقَةٍ مِنْهُ.

Apabila ada orang perempuan menyusui seorang anak, maka anak tersebut bisa menjadi anak radla'nya dengan dua syarat, yaitu: anak tersebut belum genap usia dua tahun dan perempuan tersebut menyusuinya minimal lima kali susuan secara terpisah. Suami perempuan tersebut sekaligus menjadi ayah dari anak radla'nya.

Anak tersebut haram menikahi ibu radla'nya serta orang-orang yang mempunyai hubungan nasab dengannya. Begitu pula dengan ibu radla' tersebut, maka ia haram menikah dengan anak radla'nya dan keturunan dari anak radla'nya, akan tetapi ia tidak diharamkan menikahi keluarga anak radla'nya yang sederajat atau diatasnya.

Pasal Nafkah

(فَصْلُّ) وَنَفَقَةُ الْعَمُوْدَيْنِ مِنَ الْأَهْلِ وَاجِبَةً لِلْوَالِدَيْنِ وَالْمَوْلُوْدِينَ. فَأَمَّا الْوَالِدُوْنَ فَتَجِبُ نَفَقَتُهُمْ بِشَرْطَيْنِ الْفَقْرُ وَالزِمَانَةُ أَوِ الْفَقْرُ وَالْجُنُوْنُ. وَأَمَّا الْمَوْلُوْدُوْنَ فَتَجِبُ نَفَقَتُهُمْ بِثَلَاثَةِ شَرَائِطَ الْفَقْرُ وَالْصِغَرُ أَوِ الْفَقْرُ وَالزَمَانَةُ أَوِ الْفَقْرُ وَالْجُنُوْنُ. وَنَفَقَةُ الرَّقِيقِ وَالْبَهَائِمِ وَاجِبَةً وَلَا يُكَلَّفُوْنَ مِنَ الْعَمَلِ مَا لَا يُطِيْقُوْنَ. وَنَفَقَةُ الزَّوْجَةِ الْمُمَكِّنَةِ مِنْ نَفْسِهَا وَاجِبَةٌ وَهِيَ مِقَدَّرَةً، فَإِنْ كَانَ الزَّوْجُ مُوْسِرًا فَمُدَّانِ مِنْ غَالِبِ قُوْتِهَا وَيَجِبُ مِنَ الْأُدْمِ وَالْكِسْوَةِ مَا جَرَتْ بِهِ الْعَادَةُ، وَإِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَمُدُّ مِنْ غَالِبٍ قُوْتِ الْبَلَدِ وَمَا يَأْتَدِمُ بِهِ الْمُعْسِرُوْنَ وَيَكْسُوْنَهُ، وَإِنْ كَانَ مُتَوَسَطًا فَمُدُّ وَنِصْفُ وَمِنَ الْأُدْمِ وَالْكِسْوَةِ الْوَسَطِ. وَإِنْ كَانَتْ مِمَّنْ يُخْدَمُ مِثْلُهَا فَعَلَيْهِ إِخْدَامُهَا وَإِنْ أَعْسَرَ بِنَفَقَتِهَا فَلَهَا فَسْخُ النِّكَاحِ وَكَذَلِكَ إِنْ أَعْسَرَ بِالصَّدَاقِ قَبْلَ الدُّخُوْلِ.

Pemberian nafkah dari kedua orang yang menjadi tulang punggung keluarga (ayah dan anak) untuk orang tua dan anak- anaknya itu hukumnya wajib.

Syarat-syarat orang tua wajib diberi nafkah adalah ketika fakir dan lumpuh atau ketika fakir dan gila. Sedangkan syarat anak wajib diberi nafkah adalah ketika masih kecil dan fakir atau ketika lumpuh dan fakir atau ketika ia gila serta fakir.

Memberi nafkah pada budak dan binatang peliharaannya itu wajib. Budak dan binatang peliharaan tersebut tidak boleh dibebani dengan pekerjaan yang diluar batas kemampuannya.

Istri yang taat berhak untuk diberi nafkah dengan ketentuan sebagai berikut:

  1. Apabila suami termasuk golongan orang-orang kaya, maka nafkah yang wajib diberikan adalah dua mud dari bahan makanan pokok negara (dia berada) beserta lauk pauknya dan pakaian yang sesuai dengan kebiasaan istri.
  2. Apabila suami termasuk golongan orang-orang miskin, maka nafkah yang wajib diberikan adalah satu mud dari bahan makanan pokok negara (dia berada) beserta lauk-pauknya dan pakaian yang sesuai dengan kebiasaan orang fakir.
  3. Apabila suami termasuk golongan orang-orang menengah, maka nafkah yang wajib diberikan adalah satu setengah mud dari bahan makanan pokok negara (dia berada) beserta lauk-pauknya dan pakaian yang sesuai dengan kebiasaan orang menengah (biasa tidak mewah).
  4. Apabila istri termasuk golongan orang yang terbiasa dilayani, maka bagi suami wajib mendatangkan pelayan untuk melayaninya.

Jika suami tidak mampu memberikan nafkah sesuai dengan ketentuan-ketentuan diatas, maka istri boleh meminta fasakh (merusak akad pernikahan), demikian halnya jika suami tidak mampu membayar mahar sebelum dikumpuli (jima').

Pasal Hak Asuh Anak

(فَصْلُّ) وَإِذَا فَارَقَ الرَّجُلُ زَوْجَتَهُ وَلَهُ مِنْهَا وَلَدٌ فَهِيَ أَحَقُّ بِحَضَانَتِهِ إِلَى سَبْعِ سِنِيْنَ ثُمَّ يُخَيَّرُ بَيْنَ أَبَوَيْهِ فَأَيُّهُمَا اخْتَارَ سُلِمَ إِلَيْهِ. وَشَرَائِطُ الْحَضَانَةِ سَبْعُ الْعَقْلُ وَالْخَرِيَّةُ وَالذِيْنُ وَالْعِفَّةُ وَالْأَمَانَةُ وَالْإِقَامَةُ وَالْخُلُو مِنْ زَوْجٍ فَإِنِ اخْتَلَّ شَرْطُ مِنْهَا سَقَطَتْ.

Apabila ada suami istri bercerai dan mereka mempunyai anak, maka yang berhak untuk mengasuh anak tersebut adalah sang istri sampai berusia tujuh tahun, setelah itu si anak diberi wewenang untuk memilih diantara kedua orang tuanya kemudian ia diserahkan pada orang tua yang menjadi pilihannya.

Syarat mengasuh anak ada tujuh, yaitu:

  1. Berakal.
  2. Merdeka.
  3. Islam.
  4. Terjaga agamanya (iffah).
  5. Amanah.
  6. Menetap (pada daerah tempat tinggal).
  7. Belum menikah dengan orang lain. 
Apabila salah satu syarat diatas tidak terpenuhi, maka hak asuh bagi orang tersebut menjadi gugur.

Baca Juga : Bab Tindak Pidana
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url