Bab 2 : Salat - Terjemah Ghoyah wa Taqrib

كِتَابُ الصَّلَاة

Bab 2 

Shalat

اَلصَّلَاةُ الْمَفْرُوْضَةُ خَمْسُ : الظُّهْرُ وَأَوَّلُ وَقْتِهَا زَوَالُ الشَّمْسِ وَآخِرُهُ إِذَا صَارَ ظِلُّ كُلَّ شَيْءٍ مِثْلَهُ بَعْدَ الزَّوَالِ، وَالْعَصْرُ وَأَوَّلُ وَقْتِهَا الزَّيَادَةُ عَلَى ظِلِ الْمِثْلِ وَآخِرُهُ فِي الْاِخْتِيَارِ إِلَى ظِلِ الْمِثْلَيْنِ وَفِي الْجَوَاز إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ، وَالْمَغْرِبُ وَوَقْتُهَا وَاحِدٌ وَهُوَ غُرُوبُ الشَّمْسِ وَبِمِقْدَارٍ مَا يُؤَذِّنُ وَيَتَوَضَّأُ وَيَسْتُرُ الْعَوْرَةَ وَيُقِيمُ الصَّلَاةَ وَيُصَلِّي خَمْسَ رَكَعَاتٍ، وَالْعِشَاءُ أَوَّلُ وَقْتِهَا إِذَا غَابَ الشَّفَقُ الْأَحْمَرُ وَآخِرُهُ فِي الْاِخْتِيَارِ إِلَى ثُلُثِ اللَّيْلِ وَفِي الْجَوَازِ إِلَى طُلُوعِ الْفَجْرِ الثَّانِي، وَالصُّبْحُ وَأَوَّلُ وَقْتِهَا طُلُوْعُ الْفَجْرِ الثَّانِي وَآخِرُهُ فِي الْاِخْتِيَارِ إِلَى الْأَسْفَارِ وَفِي الْجَوَازِ إِلَى طُلُوعِ الشَّمْسِ.

Shalat yang diwajibkan ada lima, yaitu :
  1. Shalat Dzuhur : Waktunya dimulai dari condongnya matahari ke arah barat sampai ukuran bayangan suatu benda sama dengan bendanya tersebut (tidak termasuk bayangan waktu istiwa).
  2. Shalat Ashar : Waktunya dimulai setelah habisnya waktu dzuhur (sekira bayangan suatu benda melebihi benda tersebut) sampai panjang bayangan tersebut itu dua kali lipat bendanya untuk waktu ikhtiyar (yang dipilih), sedangkan untuk waktu jawaz adalah sampai terbenamnya matahari.
  3. Shalat Maghrib: Waktunya hanya satu yaitu setelah terbenamnya matahari sekira waktu tersebut cukup digunakan untuk adzan, wudlu, menutup aurat, iqamat, dan shalat 5 raka'at (3 raka'at shalat maghrib dan 2 raka'at shalat sunah ba'diyah).
  4. Shalat Isya' :Waktunya dimulai ketika hilangnya awan merah sampai sepertiga malam untuk waktu ikhtiyar, sedangkan untuk waktu jawaznya adalah sampai terbitnya fajar yang kedua (fajar shodiq)
  5. Shalat Shubuh : Waktunya dimulai setelah terbitnya fajar shodiq sampai munculnya cahaya kekuningan (cahaya terang sebelum matahari tebit) untuk waktu ikhtiyar, sedangkan untuk waktu jawaznya sampai matahari terbit.

Pasal : Syarat Wajib Salat

(فَضلٌ) وَكَرَائظ وُجْوْبٍ الصَلَا لَه أَشيَاء الام وَالْبنوعُ لعفل وهو حَدُ الككيْفٍ.

Syarat wajib shalat itu ada tiga yaitu: islam, baligh dan berakal. Ketiga syarat tersebut merupakan definisi dari mukallaf.

Shalat Sunnah

وَالصَّلَوَاتُ الْمَسْنُوْنَاتُ خَمْسُ الْعِيْدَانِ وَالْكُسُوْفَانِ وَالْاِسْتِسْقَاءُ وَالسُّنَنُ التَّابِعَةُ لِلْفَرَائِضِ سَبْعَةَ عَشَرَ رَكْعَةً رَكْعَتَا الْفَجْرِ وَأَرْبَعُ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَانِ بَعْدَهُ وَأَرْبَعُ قَبْلَ الْعَصْرِ وَرَكْعَتَانِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَثَلَاثُ بَعْدَ الْعِشَاءِ يُوْتِرُ بِوَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ وَثَلَاثَةُ نَوَافِلَ مُؤَكَّدَاتُ صَلَاةُ اللَّيْلِ وَصَلَاةُ الضُّحَى وَصَلَاةُ التَّرَاوِيْحِ.

Shalat-shalat sunah1 (yang disunahkan untuk dilakukan secara berjama'ah) itu ada lima, yaitu: dua shalat hari raya (idul fitri dan idul adha), dua shalat gerhana (gerhana matahari dan gerhana bulan) dan shalat Istisqa'.

Shalat sunah rawatib (shalat-shalat sunah yang selalu beriringan dengan shalat fardlu) jumlahnya ada 17 raka'at dengan perincian sebagai berikut :

  1. Dua raka'at sebelum Shubuh.
  2. Empat raka'at sebelum shalat Dzuhur.
  3. Dua raka'at setelah shalat Dzuhur.
  4. Empat raka'at sebelum shalat Ashar.
  5. Dua raka'at setelah shalat Maghrib.
  6. Tiga raka'at setelah shalat Isya' (dua raka'at shalat sunah baʼdiyah dan satu raka'at shalat witir).

Ada tiga shalat sunah muakkad lain selain shalat-shalat sunah diatas yaitu: shalat malam, shalat dluha dan shalat tarawih.

Pasal : Syarat Sah Shalat

(فَضْلُ) وَشَرَائِطُ الصَّلَاةِ قَبْلَ الدُّخُولِ فِيهَا خَمْسَةُ أَشْيَاءَ طَهَارَةُ الْأَعْضَاءِ مِنَ الْحَدَثِ وَالنَّجْسِ وَسَتْرُ الْعَوْرَةِ بِلِبَاسِ طَاهِرٍ وَالْوُقُوْفُ عَلَى مَكَانٍ طَاهِرٍ وَالْعِلْمُ بِدُخُوْلِ الْوَقْتِ وَاسْتِقْبَالُ الْقِبْلَةِ وَيَجُوزُ تَرْكُ الْقِبْلَةِ في حَالَتَيْنِ فِي شِدَّةِ الخَوْفِ وَفي النَّافِلَةِ فِي السَّفَرِ عَلَى الرَّاحِلَةِ.

Syarat-syarat sah shalat ada lima, yaitu:
  1. Sucinya anggota badan dari hadast dan najis.
  2. Menutup aurat dengan pakaian yang suci
  3. Bertempat pada tempat yang suci.
  4. Mengetahui masuknya waktu shalat.
  5. Menghadap kiblat.
Diperbolehkan shalat tidak menghadap ke kiblat pada dua kemungkinan :
  1. Shalat dalam keadaan diliputi perasaan sangat takut (merasa tidak aman karena perang atau yang lainnya).
  2. Shalat sunah dalam kendaraan ketika bepergian."

Pasal : Rukun Shalat

(فَصْلٌ) وَأَركَانُ الصَّلَاةِ ثَمَانِيَةَ عَشَرَ رُكْنَا النّيَةُ وَالْقِيَامُ مَعَ الْقُدْرَةِ وَتَكْبِيرَةُ الْإِحْرَامِ وَقِرَاءَةُ الْفَاتِحَةِ وَبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ آيَةٌ مِنْهَا وَالرُّكُوعُ وَالطَّمَأْنِيْنَةُ فِيْهِ وَالرَّفْعُ وَالْاِعْتِدَالُ وَالظُّمَأْنِيْنَةُ فِيْهِ وَالسُّجُودُ وَالظُّلَمُأْنِينَةُ فِيهِ وَالْجُلُوسُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ وَالعُلَمَانِينَةُ فِيهِ وَالْجُلُوسُ الْأَخِيْرُ وَالتَّشَهُدُ فِيْهِ وَالصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْهِ وَالتَّسْلِيْمَةُ الْأُوْلَى وَنِيَّةُ الْخُرُوجِ مِنَ الصَّلَاةِ وَتَرْتِيْبُ الْأَرْكَانِ عَلَى مَا ذَكَرْنَاهُ.

Rukun-rukun shalat ada 18, yaitu:
  1. Niat.
  2. Berdiri (bagi yang mampu).
  3. Takbiratul ihram.
  4. Membaca Al-Fatihah beserta basmalah, Karena termasuk ayat dari surat tersebut.
  5. Ruku'.
  6. Tuma'ninah ketika ruku'.
  7. I'itdal (berdiri dari ruku').
  8. Tuma'ninah ketika i'tidal.
  9. Sujud.
  10. Tuma'ninah ketika sujud.
  11. Duduk diantara dua sujud.
  12. Tumaʼninah ketika duduk diantara dua sujud
  13. Duduk terakhir.
  14. Tasyahud akhir.
  15. Membaca shalawat nabi dalam tasyahud akhir.
  16. Mengucapkan salam yang pertama.
  17. Niat keluar dari shalat.
  18. Tertib sesuai yang telah kami sebutkan.

Sunnah Shalat

وسُنَتْهَا قَبْلَ الدُّخُولِ فِيْهَا شَيْئَانِ الْأَذَانُ وَالْإِقَامَةُ وَبَعْدَ الدُّخُولِ فِيْهَا شَيْئَانِ التَّشَهُدُ الْأَوَّلُ وَالْقُنُوْتُ فِي الصُّبْحِ وَفِي الْوِتْرِ فِي النَّصْفِ الثَّانِي مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ. وَهَيْئَاتُهَا خَمْسَةَ عَشَرَ خَصْلَةٌ رَفْعُ الْيَدَيْنِ عِنْدَ تَكْبِيرَةِ الْإِحْرَامِ وَعِنْدَ الرُّكُوعِ وَالرَّفْعِ مِنْهُ وَوَضْعُ الْيَمِيْنِ عَلَى الشِّمَالِ وَالتَّوَجُهُ وَالْاِسْتِعَاذَةُ وَالْجَهْرُ فِي مَوْضِعِهِ وَالْإِسْرَارُ فِي مَوْضِعِهِ وَالتَّأْمِينُ وَقِرَاءَةُ السُّورَةِ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ وَالتَكْبِيرَاتُ عِنْدَ الخَفْضِ وَالرَّفْعِ وَقَوْلُ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَالتَّسْبِيحُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ وَوَضْعُ الْيَدَيْنِ عَلَى الْفَخِذَيْنِ فِي الْجُلُوسِ يَبْسُطُ الْيُسْرَى وَيَقْبِضُ الْيُمْنَى إِلَّا الْمُسَبِّحَةَ فَإِنَّهُ يُشِيْرُ بِهَا مُتَشَهَّدًا وَالْاِفْتِرَاشُ فِي جَمِيعِ الْجُلْسَاتِ وَالتَّوَرُكُ فِي الْجُلْسَةِ الْأَخِيرَةِ وَالتَّسْلِيْمَةُ الثَّانِيَةُ.

Sebelum melaksanakan shalat disunahkan untuk adzan dan iqamat,

Sunah ab'ad shalat ada dua, yaitu :
  1. Membaca tasyahud awal.
  2. Membaca qunut ketika shalat shubuh dan shalat witir pada 15 hari yang terakhir di bulan Ramadhan.

Sunah Haiat shalat ada lima belas, yaitu :

  1. Mengangkat kedua lengan pada waktu takbiratul ihram, akan ruku’, dan ketika bangun dari ruku' (i'tidal).
  2. Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri.
  3. Do'a iftitah.
  4. Ta'awudz
  5. Mengeraskan suara pada tempatnya.
  6. Mengecilkan suara pada tempatnya.
  7. Membaca amin.
  8. Membaca ayat Al Qur'an setelah Al fatihah.
  9. Takbir ketika bangun dan turun.
  10. Membaca سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ Ketika I’tidal 
  11. Membaca tasbih ketika ruku' dan sujud. 
  12. Meletakan kedua tangan diujung kedua paha ketika duduk tasyahud beserta merenggangkan tangan kiri dan mengepalkan tangan kanan kecuali jari telunjuk karena akan digunakan sebagai isyaroh bagi orang yang bertasyahud.
  13. Duduk iftirasy (menggunakan telapak kaki kiri sebagai alas duduk) pada setiap duduk.
  14. Duduk tawaruk pada tasyahud akhir.
  15. Membaca salam yang kedua.

Pasal : Perbedaaan antara Laki-laki dan Perempuan dalam Shalat

(فَضْلُ) وَالْمَرْأَةُ تُخَالِفُ الرَّجُلَ فِي خَمْسَةِ أَشْيَاءَ : فَالرَّجُلُ يُجَافِي مِرْفَقَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ وَيُقِلُ بَطْنَهُ عَنْ فَخِذَيْهِ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُوْدِ وَيَجْهَرُ فِي مَوْضِعِ الْجَهْرِ وَإِذَا نَابَهُ شَيْءٌ فِي الصَّلَاةِ سَبَّحَ وَعَوْرَةُ الرَّجُلِ مَا بَيْنَ سُرَّتِهِ وَرُكْبَتِهِ. وَالْمَرْأَةُ تَضُمُّ بَعْضَهَا إِلَى بَعْضٍ وَتُخْفِضُ صَوْتَهَا بِحَضْرَةِ الرَّجَالِ الْأَجَانِبِ وَإِذَا نَابَهَا شَيْءٌ فِي الصَّلَاةِ صَفَّقَتْ. وَجَمِيْعُ بَدَنِ الْخَرَّةِ عَوْرَةٌ إِلَّا وَجْهَهَا وَكَفَّيْهَا وَالْأَمَةُ كَالرَّجُل.

Perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam shalat ada lima, yaitu :
Untuk laki-laki:
  1. Merenggangkan siku dari lambung.
  2. Mengangkat perut dari kedua paha ketika ruku' dan sujud.
  3. Mengeraskan suara pada tempatnya.
  4. Apabila terjadi suatu kesalahan atau kelupaan dari imam dalam shalat maka membaca tasbih.
  5. Auratnya adalah seluruh anggota tubuh antara pusar sampai lutut.
Untuk perempuan:
1 & 2. Mengumpulkan sebagian anggotanya pada sebagian yang lain (menempelkan kedua siku pada lambung dan menempelkan perut pada kedua paha ketika ruku' dan sujud).
3. Mengecilakn volume suara pada tempatnya ketika berada diantara laki-laki yang bukan muhrimnya.
4. Apabila terjadi kesalahan atau kelupaan dari imam dalam shalat maka menepukan tangan.
5. Seluruh anggota tubuh perempuan merdeka adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan (dalam shalat) dan bagi budak perempuan auratnya itu sebagaimana laki-laki.

    Pasal: Hal-hal yang Membatalkan Shalat

    (فَضْل) وَالَّذِي يُبْطِلُ الصَّلَاةَ أَحَدَ عَشَرَ شَيْئًا : الْكَلَامُ الْعَمْدُ وَالْعَمَلُ الْكَثِيرُ وَالْحَدَثُ وَحُدُوْثُ النَّجَاسَةِ وَانْكِشَافُ الْعَوْرَةِ وَتَغْيِيرُ النّيَةِ وَاسْتِدْبَارُ الْقِبْلَةِ وَالْأَكْلُ وَالشُّرْبُ وَالْقَهْقَهَةُ وَالرّدَّةُ.

    Perkara yang membatalkan shalat ada sebelas, yaitu:

    1. Berbicara dengan sengaja.
    2. Melakukan gerakan tiga kali berturut-turut.
    3. Hadast (kecil atau besar).
    4. Terkena najis.
    5. Terbukanya aurat.
    6. Berubahnya niat.
    7. Membelakangi kiblat (sudah tidak menghadap kiblat).
    8. Makan.
    9. Minum.
    10. Tertawa.
    11. Murtad.

    Pasal : Jumlah Rakaat Shalat

    (فَضْلُ) وَرَكَعَاتُ الْفَرَائِضِ سَبْعَةَ عَشَرَ رَكْعَةً : فِيْهَا أَرْبَعُ وَثَلَاثُوْنَ سَجْدَةً وَأَرْبَعُ وَتِسْعُوْنَ تَكْبِيْرَةٌ وَتِسْعُ تَشَهُدَاتٍ وَعَشْرُ تَسْلِيْمَاتٍ وَمِائَةٌ وَثَلاثُ وَخَمْسُونَ تَسْبِيحَةٍ. وَجُمْلَةُ الْأَرْكَانِ فِي الصَّلَاةِ مِائَةً وَسِتَّةُ وَعِشْرُوْنَ رُكْنًا : فِي الصُّبْحِ ثَلَاثُوْنَ رُكْنًا وَفِي الْمَغْرِبِ إِثْنَانِ وَأَرْبَعُوْنَ رُكْنًا وَفِي الرُّبَاعِيَّةِ أَرْبَعَةُ وَخَمْسُوْنَ رُكْنًا. وَمَنْ عَجَزَ عَنِ الْقِيَامِ فِي الْفَرِيْضَةِ صَلَّى جَالِسًا وَمَنْ عَجَزَ عَنِ الْجُلُوْسِ صَلَّى مُضْطَجِعًا.

    Jumlah raka'at shalat fardlu (sehari semalam) ada 17 raka'at dengan 34 sujud, 94 takbir, 9 tasyahud, 10 salam serta 153 tasbih. Jumlah rukun dalam shalat (sehari semalam) ada 126, dengan perincian sebagai berikut:

    • 30 rukun dalam shalat shubuh.
    • 42 rukun dalam shalat maghrib.
    • 54 rukun dalam shalat yang berraka'at empat.

    Jika seseorang tidak mampu shalat dengan berdiri, maka shalat dengan duduk. Jika masih belum mampu, maka shalat dengan tidur miring.

    Pasal : Perkara yang Tertinggal dalam Salat

    ( فَضْلُ) وَالْمَتْرُوْكُ مِنَ الصَّلاةِ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: فَرْضٌ وَسُنَّةُ وَهَيْئَةٌ. فَالْفَرْضُ لَا يَنُوْبُ عَنْهُ سُجُوْدُ السَّهْوِ بَلْ إِنْ ذَكَرَهُ وَالزَّمَانُ قَرِيْبٌ أَتَى بِهِ وَبَنَى عَلَيْهِ وَسَجَدَ لِلسَهْوِ. وَالسُّنَّةُ لَا يَعُوْدُ إِلَيْهَا بَعْدَ التَّلَبُّسِ بِالْفَرْضِ لَكِنَّهُ يَسْجُدُ لِلسَّهْوِ عَنْهَا. وَالْهَيْئَةُ لَا يَعُوْدُ إِلَيْهَا بَعْدَ تَرْكِهَا وَلَا يَسْجُدُ لِلسَّهْوِ عَنْهَا. وَإِذَا شَكٍّ فِي عَدَدِ مَا أَتَى بِهِ مِنَ الرَّكَعَاتِ بَنَى عَلَى الْيَقِيْنِ وَهُوَ الْأَقَلُّ وَسَجَدَ لِلسَّهْرِ. وَسُجُوْدُ السَّهْوِ سُنَّةٌ وَمَحَلُّهُ قَبْلَ السَّلَامِ.

    Perkara yang ditinggalkan dari shalat itu di perinci menjadi tiga aspek:
    • Apabila yang ditinggalkan itu adalah fardlu (rukun) shalat, maka tidak bisa diganti dengan sujud sahwi, akan tetapi jika mushalli ingat dalam waktu yang dekat, maka ia harus melakukan rukun yang telah ia tinggalkan serta meneruskan rukun setelahnya dan sujud sahwi.
    • Apabila yang ditinggalkan adalah sunah ab'ad shalat, maka mushalli tidak boleh kembali untuk mengerjakannya jika ia tengah melakukan rukun selanjutnya, akan tetapi ia disunahkan menggantinya dengan sujud sahwi.
    • Apabila yang ditinggalkan adalah sunah haiat shalat, maka mushalli tidak diperbolehkan kembali untuk melakukannya dan tidak pula diperbolehkan sujud sahwi.

    Apabila mushalli ragu dalam jumlah raka'at shalat, maka ia harus memilih jumlah raka'at yang sudah pasti yaitu raka'at yang paling sedikit dan sujud sahwi sebelum salam. Hukum sujud sahwi adalah sunah yang dilakukan sebelum salam.

    Pasal : Waktu yang Dimakruhkan Salat

    (فَضْلُ) وَخَمْسَةُ أَوْقَاتٍ لَا يُصَلَّى فِيْهَا إِلَّا صَلَاةٌ لَهَا سَبَبُ: بَعْدَ صَلَاةِ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ وَعِنْدَ طُلُوعِهَا حَتَّى تَتَكَامَلَ وَتَرْتَفِعَ قَدْرَ رُمْحٍ وَإِذَا اسْتَوَتْ حَتَّى تَزُوْلَ وَبَعْدَ صَلَاةِ الْعَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ وَعِنْدَ الْغُرُوْبِ حَتَّى يَتَكَامَلَ غُرُوْبُهَا.

    Waktu dimakruhkan untuk shalat tanpa adanya sebab ada lima, yaitu:
    1. Setelah shalat shubuh sampai terbitnya matahari.
    2. Ketika terbitnya matahari sampai tinggi matahari kira-kira satu tombak (dalam penglihatan manusia).
    3. Waktu istiwa' sampai tergesernya matahari ke barat.
    4. Setelah shalat ashar sampai terbenamnya matahari.
    5. Ketika terbenamnya matahari sampai sempurna.

    Pasal: Shalat Jamaah

    (فَضْلُ) وَصَلَاةُ الْجَمَاعَةِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةً وَعَلَى الْمَأْمُومِ أَنْ يَنْوِيَ الْاِنْتِمَامَ دُوْنَ الْإِمَامِ وَيَجُوْزُ أَنْ يَأْتَمَّ الْحُرُ بِالْعَبْدِ وَالْبَالِغُ بِالْمُرَاهِقِ وَلَا تَصِحُ قُدْوَةُ رَجُلٍ بِامْرَأَةٍ وَلَا قَارِي بِأُتِي وَأَيُّ مَوْضِعِ صَلَّى فِي الْمَسْجِدِ بِصَلَاةِ الْإِمَامِ فِيْهِ وَهُوَ عَالِمٌ بِصَلَاتِهِ أَجْزَأَهُ مَا لَمْ يَتَقَدَّمُ عَلَيْهِ، وَإِنْ صَلَّى فِي الْمَسْجِدِ وَالْمَأْمُوْمُ خَارِجَ الْمَسْجِدِ قَرِيبًا مِنْهُ وَهُوَ عَالِمٌ بِصَلَاتِهِ وَلَا حَائِلَ هُنَاكَ جَازَ.

    Hukum shalat berjama'ah adalah sunah muakkad. Bagi makmum diwajibkan niat ikut pada imam, tidak bagi imam. Dalam berjama'ah, orang merdeka diperbolehkan makmum pada seorang hamba sahaya, orang baligh makmum pada murohiq (orang yang belum baligh tapi yang sudah tamyiz).

    Tidak sah bagi orang laki-laki makmum pada perempuan1 begitupun orang yang baik bacaannya pada orang yang tidak baik bacaannya (ummy).

    Dalam berjama'ah apabila keduanya (imam dan makmum) berada dalam masjid, maka dimanapun tempat makmum shalat, selama ia bisa mengetahui gerakan shalatnya imam dan tempatnya tidak lebih maju dari imam maka diperbolehkan (sah).

    Jika imam berada di Masjid sementara makmum berada di luarnya, maka jama'ah dianggap sah jika:
    • Berdekatan jaraknya (tidak lebih dari 300 dziro').
    • Mengetahui shalatnya imam.
    • Tiada penghalang diantara keduanya.

    Pasal : Meringkas dan Mengumpulkan Salat

    (فضل) وَيَجُوْزُ لِلْمُسَافِرِ قَصْرُ الصَّلَاةِ الرُّبَاعِيَّةِ بِخَمْسِ شَرَائِط: أَنْ يَكُوْنَ سَفَرُهُ فِي غَيْرِمَعْصِيَةٍ، وَأَنْ تَكُوْنَ مَسَافَتُهُ سِتَّةَ عَشَرَ فَرْسَخًا، وَأَنْ يَكُوْنَ مُؤَدِّيًا لِلصَّلَاةِ الرُّبَاعِيَّةِ، وَأَنْ يَنْوِيَ الْقَصْرَ مَعَ الْإِحْرَامِ، وَأَنْ لَا يَأْتَمَّ بِمُقِيْمٍ، وَيَجُوْزُ لِلْمُسَافِرِ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ . وَقْتِ أَيُّهُمَا شَاءَ وَبَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ فِي وَقْتِ أَيُّهِمَا شَاءَ، وَيَجُوْزُ لِلْحَاضِرِ فِي الْمَطَرِ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَهُمَا فِي وَقْتِ الْأُوْلَى مِنْهُمَا.

    Seorang Musafir diperbolehkan menggashar shalat (meringkas shalat yang empat raka'at menjadi dua raka'at) dengan lima syarat:
    1. Bepergian tidak untuk maksiat.
    2. Jarak perjalanan minimal 16 farsakh/ pos.
    3. Shalat yang diqashar adalah shalat yang empat raka'atnya dan pada waktunya (ada'/ tidak gadla).
    4. Niat qashar (meringkas shalat) bersamaan ketika takbiratul ihram.
    5. Tidak bermakmum pada orang yang menyempurnakan shalatnya (empat raka'at).

    Musafir juga diperbolehkan menjama' (mengumpulkan) dua shalat (dhuhur dengan ashar atau maghrib dengan isya') pada waktu yang dikehendakinya dengan jama' taqdim atau dengan jama' taʼkhir.

    Sedangkan bagi orang yang tidak bepergian diperbolehkan menjama' taqdim (shalat ashar di waktu dzuhur atau shlat isya' diwaktu maghrib) karena hujan yang lebat.

    Pasal : Shalat Jum'at

    وَفَرَائِضُهَا ثَلَاثَةٌ : خُطْبَتَانِ يَقُوْمُ فِيْهِمَا، وَيَجْلِسُ بَيْنَهُمَا، وَأَنْ تُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ فِي جَمَاعَةٍ. وَهَيْئَاتُهَا أَرْبَعُ خِصَالٍ : الْغُسْلُ، وَتَنْظِيْفُ الْجَسَدِ، وَلُبْسُ القِيَابِ الْبِيْضِ، وَأَخْذُ الظُّفْرِوَالطَّيْبِ. وَيُسْتَحَبُّ الْإِنْصَاتُ فِي وَقْتِ الْخُطْبَةِ. وَمَنْ دَخَلَ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيْفَتَيْنِ ثُمَّ يَجْلِسُ.

    Fardlu shalat jum'at ada tiga, yaitu:
    1. Dua khutbah dengan berdiri.
    2. Duduk diantara keduanya.
    3. Shalat dua raka'at dengan berjama'ah.
    Sunah-sunah shalat jum'at ada empat, yaitu:
    1. Mandi.
    2. Membersihkan badan.
    3. Mengenakan pakaian serba putih.
    4. Memotong kuku dan memakai wewangian.

    Saat khutbah disampaikan, disunahkan  diam dengan memperhatikannya.

    Bagi orang yang masuk masjid pada saat khutbah sedang berlangsung, maka hendaknya shalat dua raka'at (shalat sunah jum'at atau tahiyyatul masjid) secara singkat kemudian duduk.

    Pasal : Salat Ied

    (فَضْلُ) وَصَلَاةُ الْعِيْدَيْنِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ وَهِيَ : رَكْعَتَانِ يُكَبَرُ فِي الْأُوْلَى سَبْعًا سِوَى تَكْبِيرَةِ الْإِحْرَامِ وَفِي الثَّانِيَةِ خَمْسًا سِوَى تَكْبِيرَةِ الْقِيَامِ. وَيَخْطُبُ بَعْدَهُمَا خُطْبَتَيْنِ يُكَبِّرُ فِي الْأَوْلَى تِسْعًا وَفِي الثَّانِيَةِ سَبْعًا. وَيُكَبِّرُ مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ مِنْ لَيْلَةِ الْعِيْدِ إِلَى أَنْ يَدْخُلَ الْإِمَامُ فِي الْأَضْحَى خَلْفَ الصَّلَوَاتِ الْمَفْرُوضَاتِ مِنْ صُبْحِ يَوْمِ عَرَفَةَ إِلَى الْعَصْرِ مِنْ آخِرالصَّلَاةِ وَفِي أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ.

    Hukum shalat hari raya (Idul Fitri/Idul Adha) adalah sunah muakkad, yakni: shalat dua raka'at dengan tujuh kali takbir pada raka'at pertama selain Takbiratul Ihram dan lima kali takbir pada rakaʼat kedua selain takbir berdiri dari sujud.

    Kemudian khatib berkhutbah dua kali dengan membaca sembilan kali Takbir pada khutbah pertama dan membacanya tujuh kali pada khutbah kedua.

    Pada hari raya Idul fitri disunahkan memperbanyak mengumandangkan takbir mulai terbenamnya matahari pada malam hari raya sampai imam memulai shalat.

    Sedangkan untuk hari raya  Idul Adha disunahkan mengumandangkan takbir setiap selesai shalat fardlu dimulai dari subuhnya hari Arafah sampai shalat Ashar pada akhir hari Tasyrik.

    Pasal : Salat Gerhana

    (فَصْلُّ) وَصَلَاةُ الْكُسُوْفِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةً فَإِنْ فَاتَتْ لَمْ تُقْضَ، وَيُصَلِّي لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ وَخُسُوْفِ الْقَمَرِ رَكْعَتَيْنِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ قِيَامَانِ يُطِيْلُ الْقِرَاءَةَ فِيْهِمَا وَرُكُوْعَانِ يُطِيْلُ التَّسْبِيحَ فِيْهِمَا دُوْنَ السُّجُوْدِ وَيَخْطُبُ بَعْدَهُمَا خُطْبَتَيْنِ، وَيُسِرُّ فِي كُسُوْفِ الشَّمْسِ وَيَجْهَرُ فِي خُسُوْفِ الْقَمَرِ.

    Hukum shalat gerhana adalah sunah muakkad. Tidak dapat diqadla' apabila waktunya sudah habis (matahari atau bulan telah kembali sempurna seperti sedia kala).

    Shalat Gerhana (matahari atau bulan) dilakukan dengan dua raka'at dan disetiap raka'at dilakukan dengan dua kali takbir dan dua kali ruku' serta memperpanjang bacaan ketika berdiri dan memperbanyak tasbih ketika ruku' (tidak ketika sujud). Kemudian dilanjutkan dengan dua khutbah.

    Disunahkan mengecilkan suara pada shalat gerhana matahari dan mengeraskannya pada shalat gerhana bulan.

    Pasal : Salat Istisqo'

    (فَصْلُّ) وَصَلَاةُ الْاِسْتِسْقَاءِ مَسْنُوْنَةٌ فَيَأْمُرُهُمْ الْإِمَامُ بِالتَّوْبَةِ وَالصَّدَقَةِ وَالْخُرُوجِ مِنَ الْمَظَالِمِ وَمُصَالَحَةِ الْأَعْدَاءِ وَصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ ثُمَّ يَخْرُجُ بِهِمْ فِي الْيَوْمِ الرَّابِعِ فِي ثِيَابِ بَذْلَةٍ وَاسْتِكَانَةٍ وَتَضَرُّعٍ وَيُصَلِّي بِهِمْ رَكْعَتَيْنِ كَصَلَاةِ الْعِيْدَيْنِ ثُمَّ يَخْطُبُ بَعْدَهُمَا وَيُحَوِّلُ رِدَاءَهُ وَيُكْثِرُ مِنَ الدُّعَاءِ وَالْاِسْتِغْفَارِ وَيَدْعُو بِدُعَاءِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ : " اللَّهُمَّ اجْعَلْهَا سُقْيَا رَحْمَةٍ وَلَا تَجْعَلْهَا سُقْيَا عَذَابٍ وَلَا تَحْقٍ وَلَا بَلَاءٍ وَلَا هَدْمٍ وَلَا غَرَقِ. اَللَّهُمَّ عَلَى الظُّرَابِ وَالْآكَامِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُوْنِ الْأَوْدِيَةِ. اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْنًا مُغِيْئًا هَنِيئًا مَرِيئًا مَرِيعًا سَدًّا عَامَّا غَدَقًا طَبَقًا مُجَلَّلاً دَائِمًا إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلادِ مِنْ الْجَهْدِ وَالْجُوعِ وَالضَّنْكِ مَا لَا نَشْكُمْ إِلَّا إِلَيْكَ. اللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَذِرْ لَنَا الضَّرْعَ وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلَاءِ مَا لَا يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّارًا فَأَرْسِل السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا " وَيَغْتَسِلُ فِي الْوَادِي إِذَا سَالَ وَيُسَبِّحُ لِلرَّعْدِ وَالْبَرْقِ.

    Shalat Istisqa' (minta hujan) itu disunahkan. Sebelum shalat Istisqa' terlebih dahulu hendaknya Imam atau pemerintah (pemimpin) memerintah rakyatnya supaya bertaubat, bersedekah, meninggalkan perbuatan yang dzalim, berdamai dengan musuh dan berpuasa selama tiga hari.

    Kemudian imam keluar bersama-sama dengan rakyatnya di hari yang keempat dengan memakai pakaian yang sederhana, dengan tenang dan rendah diri. Dilanjutkan dengan shalat dua rakaat sebagaimana shalat hari raya,' lalu khatib berkhutbah setelahnya dan membalik surbannya serta memperbanyak do'a Rasulullah SAW. Adapun (arti) doanya adalah sebagaimana berikut:

    "Ya Allah jadikanlah hujan itu sebagai rahmat dan janganlah Engkau menjadikan hujan tersebut sebagai hujan pembawa bencana, bukan membinasakan, bukan yang membawa marabahaya, bukan yang merobohkan dan bukan pula yang menenggelamkan. Ya Allah jadikanlah hujan itu turun di daerah pegunungan, dataran tinggi, tempat tumbuhnya pepohonan dan bagian dalamnya beberapa jurang. Ya Allah turunkanlah hujan itu di sekitar kami bukan (banya) di atas kami. Ya Allah guyurkanlah kepada kami hujan yang deras, menyenangkan, menyegarkan, bertambah banyak yang mengalir, merata, melimpah, menutup permukaan tanah, merata di seluruh permukaan tanah lagi lestari hingga hari kiamat. Ya Allah guyurkanlah kami hujan dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang berputus asa akan rahmatMu. Ya Allah sesungguhnya para hamba dan negeri ini dalam keadaan payah dan lapar juga krisis pangan, hanya kepada Engkau lah tempat kami mengadu. Ya Allah tumbuhkanlah buat kami tanaman, suburkanlah buat kami susu binatang, turunkanlah kepada kami beberapa berkah dari langit, tumbuhkanlah kepada kami beberapa berkah dari bumi dan lenyapkanlah pada diri kami mara bahaya, tiada yang dapat melenyapkannya melainkan hanya Engkau. Ya Allah kami memohon ampun kepadaMu, sesungguhnya Engkau adalah maha pengampun maka turunkanlah epada kami hujan yang deras.”

    Kemudian Imam beserta rakyatnya mandi bersama-sama di sungai ketika airnya sudah mengalir dan membaca tasbih ketika terjadi petir dan kilat.

    Pasal : Salat Khauf

    (فَضْلُ) وَصَلَاةُ الخَوْفِ عَلَى ثَلَاثَةِ أَضْرُبٍ أَحَدُهَا : أَنْ يَكُونَ الْعَدُوُّ فِي غَيْرِ جِهَةِ الْقِبْلَةِ فَيُفَرِقُهُمُ الْإِمَامُ فِرْقَتَيْنِ : فِرْقَةً تَقِفُ فِي وَجْهِ الْعَدُقِ وَفِرْقَةُ تَقِفُ خَلْفَهُ فَيُصَلِّي بِالْفِرْقَةِ الَّتِي خَلْفَهُ رَكْعَةً ثُمَّ تُتِمُ لِنَفْسِهَا وَتَمْضِي إِلَى وَجْهِ الْعَدُقِ وَتَأْتِي الطَّائِفَةُ الْأُخْرَى فَيُصَلِّي بِهَا رَكْعَةً وَثُتِمُّ لِنَفْسِهَا وَيُسَلِّمُ بِهَا. وَالثَّانِي : أَنْ يَكُوْنَ فِي جِهَةِ الْقِبْلَةِ فَيَصُفُهُمُ الْإِمَامُ صَفَّيْنِ وَيُحَرِّمُ بِهِمْ فَإِذَا سَجَدَ سَجَدَ مَعَهُ أَحَدُ الصَّفَّيْنِ وَوَقَفَ الصَّفُ الْآخَرُ يَحْرُسُهُمْ فَإِذَا رَفَعَ سَجَدُوْا وَلَحِقُوْهُ. وَالثَّالِثُ : أَنْ يَكُوْنَ فِي شِدَّةِ الْخَوْفِ وَالْتِحَامِ الْحَرْبِ فَيُصَلِّي كَيْفَ أَمْكَنَهُ رَاجِلًا أَوْ رَاكِبًا مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ وَغَيْرُ مُسْتَقْبِل لَهَا.

    Tata cara melakukan shalat khauf ada 3 macam, yaitu:

    1. Apabila musuh berada di selain arah kiblat, maka imam membagi pasukan menjadi dua kelompok, satu Kelompok menghadap ke arah musuh sedangkan yang lain berdiri di belakang imam dan berjama'ah dengannya satu raka'at, kemudian menyempurnakan shalatnya masing-masing dengan mufaraqah (sendiri-sendiri/niat keluar dari berjama'ah). Selanjutnya, kelompok kedua menggantikan tempatnya kelompok pertama yang menghadap musuh. Sementara kelompok pertama menyusul imam dan berjama'ah satu raka'at kemudian menyempurnakannya dan salam bersama-sama dengan imam.
    2. Apabila musuh berada di arah kiblat, maka imam membagi makmum (pasukannya) menjadi dua barisan dan takbiratul ihram bersama-sama dengan mereka. Apabila imam sujud, maka salah satu dari barisan itu mengikutinya, sedangkan yang lain tetap berdiri menjaga mereka (yang sedang sujud)' setelah imam da barisan yang bersamanya bangun, maka mereka (barisan yang berdiri) sujud dan menyusul imam.
    3. Apabila dalam keadaan yang sangat menghawatirkan dan perang telah dimulai, maka mereka shalat dengan sebisanya/semungkin- mungkinnya, baik dengan berjalan atau berkendara, menghadap kiblat ataupun tidak.

    Pasal : Hukum Sutra dan Perhiasan Emas

    (فَضْلُ) وَيَحْرُمُ عَلَى الرِّجَالِ لُبْسُ الْخَرِيْرِ وَالتَّخَتُمُ بِالذَّهَبِ وَيَحِلُّ لِلنِّسَاءِ، وَقَلِيْلُ الذَّهَبِ وَكَثِيْرُهُ فِي التَّحْرِيمِ سَوَاءٌ، وَإِذَا كَانَ بَعْضُ الثَّوْبِ إِبْرَيْسِمًا وَبَعْضُهُ قُطْنًا أَوْ كَتَانًا جَازَ لُبْسُهُ مَا لَمْ يَكُنِ الْإِبْرَيْسِمُ غَالِبًا.

    Diharamkan bagi laki-laki memakai pakaian sutra dan memakai cincin yang terbuat dari emas, namun hal ini tidak haram bagi wanita. Pemakaian emas sedikit atau banyak itu sama haramnya. Jika bahan pakaian laki-laki itu campuran dari sutra (ibrisim) dan bahan lain (seperti kain katun atau kattan), maka diperbolehkan selama bahan sutra ibrisim tidak banyak.

    Pasal : Hal-hal yang Berhubungan dengan Jenazah

    (فَضْل) وَيَلْزَمُ فِي الْمَيِّتِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ : غُسْلُهُ وَتَكْفِيْنُهُ وَالصَّلَاةُ عَلَيْهِ وَدَفْنُهُ وَاثْنَانِ لَا يُغْسَلَانِ وَلَا يُصَلَّى عَلَيْهِمَا : اَلشَّهِيْدُ فِي مَعْرَكَةِ الْمُشْرِكِيْنَ وَالسِّقْطُ الَّذِي لَمْ يَسْتَهِلَّ صَارِخًا

    Perkara yang wajib (dikerjakan) terhadap mayit terbagi menjadi 4 perkara, yaitu:
    1. Memandikan.
    2. Mengkafani.
    3. Menshalati.
    4. Menguburkannya.
    Kriteria mayit yang tidak boleh dimandikan dan dishalati adalah:
    1. Orang yang gugur (syahid) dalam medan peperangan melawan orang musyrik.
    2. Bayi yang lahir di bawah enam bulan dan tidak menunjukan adanya tanda-tanda kehidupan ketika dilahirkan.

    Memandikan, Mengkafani dan Menshalati Jenazah

    وَيُغْسَلُ الْمَيِّتُ وِثرًا وَيَكُوْنُ فِي أَوَّلِ غُسْلِهِ سِدْرُ وَفِي آخِرِهِ شَيْءٌ مِنْ كَافُوْرٍ. وَيُكَفَّنُ فِي ثَلَاثَةِ أَثْوَابِ بِيْضِ لَيْسَ فِيْهَا قَمِيصُ وَلَا عِمَامَةٌ. وَيُكَبَّرُ عَلَيْهِ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ يَقْرَأُ الْفَاتِحَةَ بَعْدَ الْأَوْلَى وَيُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ الثَّانِيَةِ، وَيَدْعُوْا لِلْمَيِّتِ بَعْدَ الثَّالِثَةِ فَيَقُوْلُ: ( اللَّهُمَّ هَذَا عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدَيْكَ خَرَجَ مِنْ رَوْحِ الدُّنْيَا وَسَعَتِهَا وَتَحْبُوبُهُ وَأَحِبَّاؤُهُ فِيهَا إِلَى ظُلْمَةِ الْقَبْرِ وَمَا هُوَ لَا قِيْهِ كَانَ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ وَحْدَكَ لا شَرِيكَ لَكَ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ وَأَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا. اللَّهُمَّ إِنَّهُ نَزَلَ بِكَ وَأَنْتَ خَيْرُ مَنْزُوْلٍ بِهِ وَأَصْبَحَ فَقِيرًا إِلَى رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ وَقَدْ جِئْنَاكَ رَاغِبِيْنَ إِلَيْكَ شُفَعَاءَ لَهُ. اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَزِدْ فِي إِحْسَانِهِ وَإِنْ كَانَ مُسِيْئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ وَلَقِهِ بِرَحْمَتِكَ رِضَاكَ وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابَهُ وَافْسَحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ وَجَافِ الْأَرْضَ عَنْ جَنْبَيْهِ وَلَقِهِ بِرَحْمَتِكَ الْأَمْنَ مِنَ عَذَابِكَ حَتَّى تَبْعَثَهُ آمِنًا إِلَى جَنَّتِكَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ). وَيَقُولُ فِي الرَّابِعَةِ : (اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلَا تَفْتِنَا بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ). وَيُسَلِّمُ بَعْدَ الرَّابِعَةِ.

    Memandikan Mayit
    1. Mayit dimandikan dengan bilangan ganjil.
    2. Pada basuhan/mandi yang pertama menggunakan air yang dicampur dengan daun bidara.
    3. Pada basuhan yang terakhir menggunakan air yang dicampur dengan kapur barus.
    Mangafani Mayit

    Mayit dikafani dengan tiga lapis kain putih tidak termasuk baju kurung dan surban.

    Menshalati Mayit

    Tata cara menyolati mayit itu dengan empat kali takbiran dengan perincian sebagai berikut:

    1. Membaca Al-fatihah setelah takbir yang pertama.
    2. Membaca shalawat pada nabi setelah takbir yang kedua.
    3. Membaca do'a untuk mayit setelah takbir yang ketiga yang artinya: "Ya Allah sesungguhnya mayit ini adalah hamba-Mu dan putra dar kedua hamba-Mu, dia telah keluar dari kesenangan dunia dan keleluasaannya, sedangkan orang yang dicintai dan beberapa orang yang mencintainya ada di dunia menuju gelap gulita kubur dan hal-hal yang pasti dia jumpai di dalamnya. Dia telah bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau yang maha esa tada yang menyamai-Mu dan sesungguhnya nabi Muhammad adalah hamba dan rasul-Mu, sedangkan Engkau lebih mengetahui tentangnya daripada kami. Ya Allah sesungguhnya mayit ini berteduh kepada-Mu sedangkan Engkau adalah sebaik-baik tempat berteduh baginya. Mayit ini butuh akan rahmat-Mu sedangkna Engkau tidak butuh untuk menyiksanya. Sesungguhnya kami datang kepada-Mu dengan berharap sekali kepada Engkau untuk member syafa'at kepadanya. Ya Allah jika mayit ini pernah berbuat baik maka mohon ditambahi kebaikannya. Jika dia pernah berbuat jahat maka mohon dihilangkan kejahatan itu darinya. Semoga Engkau beri ia rahmat dan ridlo-Mu dan hindarkanlah ia dari fitnah dan siksa kubur. Lapangkanlah ia dalam kuburnya, renggangkanlah dari kedua lambungnya, berikanlah ia keselamatan akan siksamu sebab rahmat-Mu, sehingga Engkau bangunkan ia dalam keadaan selamat menuju surga-Mu berkat rahmat-Mu. Wahai Tuhan Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang"
    4. Membaca do'a setelah takbir yang keempat yang artinya: “Ya Allah janganlah Engkau menghalangi kami untuk mengupayakan pahala baginya, janganlah Engkau beri fitnah kepada kami setelah kematiannya dan ampunilah kami dan dia.
    5. Kemudian salam.

    Pemakaman Jenazah

    وَيُدْفَنُ فِي لَحْدٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ وَيُسَلُّ مِنْ قِبَلِ رَأْسِهِ بِرِفْقٍ وَيَقُولُ الَّذِي يُلْحِدُهُ ( بِسْمِ اللَّهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ). وَيُضْجَعُ فِي الْقَبْرِ بَعْدَ أَنْ يُعَمَّقَ قَامَةً وَبَسْطَةً وَيُسَطَحُ الْقَبْرُ وَلَا يُبْنَى عَلَيْهِ وَلَا يُجَصَّصُ وَلَا بَأْسَ بِالْبُكَاءِ عَلَى الْمَيِّتِ مِنْ غَيْرِ نَوْحٍ وَلَا شَقِّ ثَوْبٍ وَيُعَزِّى أَهْلُهُ إِلَى ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ دَفْنِهِ وَلَا يُدْفَنُ إِثْنَانِ فِي قَبْرٍ إِلَّا لِحَاجَةٍ.

    1. Janazah dikubur dalam liang lahat dengan dihadapkan ke kiblat.
    2. Mayit dikeluarkan dari keranda mulai dari arah kepala dengan halus, dan orang yang memasukannya (ke liang lahat) membaca: 
      بسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (Dengan menyebut nama Allah dan menetapi agama Rasulullah saw.)
    3. Mayit ditidurkan miring didalam liang kubur sedalam orang berdiri dengan menjulurkan tangannya ke atas serta meletakkan papan kayu atau sejenisnya diatas mayit tersebut.
    4. Tidak diperbolehkan membangun bangunan di atasnya serta mengecornya.
    5. Diperbolehkan menangisi mayit tanpa menjerit atau menyobek- nyobek baju.
    6. Disunahkan bertaʼziah (menghibur) keluarga mayit sampai tiga hari setelah pemakaman.
    7. Tidak diperbolehkan mengubur dua mayit dalam satu liang kubur kecuali ada hajat.
    Lanjut Membaca Bab 3 : Zakat
    Next Post Previous Post
    No Comment
    Add Comment
    comment url