Bab 14 : Sumpah dan Nadzar - Terjemah Ghoyah wa Taqrib


 كِتَابُ الْأَيْمَانِ وَالنُّذُوْرِ

Sumpah dan Nadzar

لَا يَنْعَقِدُ الْيَمِيْنُ إِلَّا بِاللَّهِ تَعَالَى أَوْ بِاسْمٍ مِنْ أَسْمَائِهِ أَوْ صِفَةٍ مِنْ صِفَاتِ ذَاتِهِ وَمَنْ حَلَفَ بِصَدَقَةِ مَالِهِ فَهُوَ مُخَيَّرُ بَيْنَ الصَّدَقَةِ أَوْ كَفَّارَةِ الْيَمِيْنِ وَلَا شَيْءَ فِي لَغْوِ الْيَمِيْنِ. وَمَنْ حَلَفَ أَنْ لَا يَفْعَلَ شَيْئًا فَأَمَرَ غَيْرَهُ بِفِعْلِهِ لَمْ يَحْنَتْ وَمَنْ حَلَفَ عَلَى فِعْلِ أَمْرَيْنِ فَفَعَلَ أَحَدَهُمَا لَمْ يَحْنَثْ. وَكَفَّارَةُ الْيَمِيْنِ هُوَ مُخَيَّرُ فِيْهَا بَيْنَ ثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ : عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ، أَوْ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِيْنَ كُلُّ مشكيْن مُدُّ، أَوْ كِسْوَتُهُمْ ثَوْبًا ثَوْبًا، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ.

Keabsahan suatu sumpah hanya dengan menggunakan lafadh Allah, salah satu nama-Nya atau dengan salah satu sifat-sifat-Nya. Tidak ada tuntutan atas sumpah yang rusak. Orang yang bersumpah akan menyedekahkan hartanya diberi pilihan antara sedekah atau membayar kafaratnya sumpah, Sebuah sumpah yang tidak disengaja itu tidak dilarang.

Orang yang bersumpah tidak akan melakukan sesuatu kemudian ia menyuruh seseorang untuk melakukan sesuatu tersebut, maka ia tidak dikategorikan menerjang sumpahnya. Sedangkan orang yang bersumpah melakukan dua hal namun ia hanya melakukan salah satunya, maka ia di hukumi merusak sumpah. 

Adapun kafaratnya sumpah adalah dapat memilih diantara:

  1. memerdekakan budak yang muʼmin.
  2. memberi makan sepuluh orang miskin, 1 mud perorang.
  3. memberikan sepuluh orang miskin, satu pakaian perorang. 

Apabila ketiga pilihan di atas tidak dapat dilakukan maka ia boleh menggantinya dengan puasa selama tiga hari.

Pasal Nadzar

(فَصْلُّ) وَالنَّذَرُ يَلْزَمُ فِي الْمُجَازَاةِ عَلَى مُبَاحٍ وَطَاعَةٍ كَقَوْلِهِ " إِنْ شَفَى اللَّهُ مَرِيْضِي فَللَّهِ عَلَى أَنْ أَصَلَ أَوْ أَنْ أَصُوْمَ أَوْ أَتَصَدِّقَ وَيَلْزَمُهُ مِنْ ذَلِكَ مَا يَقعُ عَلَيْهِ الْاِسْمُ، وَلَا نَذَرَ فِي مَعْصِيَةٍ كَقَوْلِهِ " إِنْ قَتَلْتُ فُلَانًا فَلَلَّهِ عَلَيَّ كَذَا وَلَا يَلْزَمُهُ عَلَى تَرْكِ مُبَاجٍ كَقَوْلِهِ " لَا أَكُلُ لَحْمًا وَلَا أَشْرَبُ لَبَنًا وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ.

Melakukan suatu nadzar atas perkara mubah atau perkara yang berhubungan dengan ketaatan terhadap Allah itu dapat menetapkan kewajiban perkara tersebut. Seperti perkataan seseorang : "Jika Allah menyembuhkan sakitku, maka aku akan shalat, atau berpuasa, atau bersedekah karena Allah", dan hal ini menjadi wajib dilakukan sebatas perkara yang sudah dianggap sebagai ketiga janji di atas. 

Tidak sah nadzar karena melakukan maksiat. Seperti ucapan seseorang, "Jika aku telah membunuh fulan, aku akan berbuat begini untuk Allah". Suatu nadzar tidak dapat menjadi tetap karena nadzar atas meninggalkan sesuatu yang mubah. Seperti ucapan: "Aku tidak akan memakan daging, tidak meminum susu", dan ucapan lain yang senada dengan hal ini.

Baca juga : Bab Peradilan dan Persaksian

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url