Menasehati Orang Tua saat Melanggar Syariat

Menasehati Orang Tua saat Melanggar Syariat

Kronologi

Hormat kepada orang tua sudah seharusnya dilakukan oleh seorang anak. Namun, masalah terjadi Ketika orangtua melakukan hal yang bertentangan dengan syariat. Sang anak yang paham ilmu syariat pun merasakan dilemma. Disatu sisi ia harus melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, namun di sisi lain ia harus tetap hormat pada orangtuanya karena takut dicap sebagai anak durhaka. Jadi, apa yang harus dilakukan oleh sang anak Ketika melihat orang tua melakukan hal yang bertentangan dengan syariat…?

Jawaban

Perlu diingat jika ingin menasehati/menegur orangtua harus dengan cara yang halus. Menurut imam Ghozali, diperbolehkan bersikap tegas dalam mencegah dan mengingatkan orangtua yang bermaksiat selama tidak berdampak pada fisik (tubu) orangtua, meskipun menyebabkan orangtua marah.

Refrensi

Dalam Is’adur Rofiq 1/67 disebutkan

ويأمر الولد أبويه وينهاهما بلطف لا بتخويف ونحوه إلا إن اضطر إليه ولو منعه الإستغال بالإنكار من كسب قوته تركه حتى يحسل قوته وقوت ممونه ووفاء دينه دون ما زاد ذالك.

Dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah 17/262 :

أجمع الفقهاء أن للولد الإحتساب عليهما, لأن النصوص الواردة في الأمر والنهي مطلقة تشمل الوالدين وغيرهما, ولأن الأمر والنهي لمنفعة المأمور والمنهي, والأب والأم أحق أن يوصل الولد إليهما المنفعة ولكن لايتجاوز مرتبتي التعرف والتغريف, وقد اختلف الفقهاء فيما يجاوز ذلك بحيث يؤدي إلى سخطهما بأن يكسر مثلا عودا أو يريق خمرا, أو يحل الخيوط عن ثيابه المنسوجة من الحرير أو يرد ما يجده في بيتهما من المال الحرام.

وذهب الغزالي أن للولد فعل ذلك لأن هذه الأفعال لا تتعلق بذات الأب, فسخت الأب في هذه الحالة منشؤه حبه للباطل وللحرام وذهب اخرون إلى عدم جواز ذلك وهو مذهب الحنفيه ونقله القرفي عن مالك وهو ايضا مذهب أحمد.


HIKAYAT

Kisah Keimanan Masyithoh

Peristiwa ini terjadi Ketika Rasululloh Isra Mi’roj. Saat Rasululloh melakukan perjalanan dari Mekkah ke Masjidil Aqsho. Saat itu, Nabi Muhammad lewat di suatu tempat yang berbau wangi.
Nabi bertanya kepada Jibril, “ini bau apa, wahai Jibril?”
“ini adalah bau dari makam Masyiyhoh.”
Kemudian Jibril melanjutkan ceritanya, “ tatkala Masyithoh menyisir rambut putri Fir’aun dan sisirnya terjatuh, ia mengucapkan bismillah.”
Putri Firaun kaget dan bertanya, “apakah kamu penya Tuhan selain ayahku (Firaun)?”
Masyithoh Menjawab, “iya”
“kalau begitu, akan aku laporkan ke ayahku”.
“silahkan” jawab Masyithoh.
Setelah dilaporkan, Masyithoh pun disidang Firaun.
“apakah kamu punya Tuhan selain aku…?” tanya Firaun.
Masyithoh menjawab, “ iya. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.”
Pada saat itu, Masyithoh mempunyai dua orang putra dan seorang suami. Maka, Firaun memberikan tawaran antara meninggalkan agamanya dan keluarganya selamat atau tetap pada agamanya tetapi keluarganya harus disiksa, bahkan mati ditangan Firaun. Siksaan yang Firaun siapkan adalah semacam kuali besar yang menyala dan mendidih. Masyithoh pun memilih tetap pada keyakinannya. Maka, Masyithoh pun harus merelakan suaminya mati ditangan Firaun.
Kemudian, giliran putranya yang pertama. Di saat putranya yang kecil akan dimasukkan, Masyithoh mulai ragu karena rasa kasih sayangnya kepada anak yang masih bayi itu.
Atas izin Allah, bayi itu bisa berbicara dan mengucapkan, “yaa Ummah, jangan ragu karena engkau berada dalam kebenaran.”
Masyithoh pun yakin dan tetap pada keyakinannya walaupun harus mati Bersama bayinya.
(Al-Anwarul Bahiyyah, Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki)

Baca juga : Hukum Menikahi Tunangan Orang Lain

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url