Di era Gen Z seperti sekarang—di mana hidup kita penuh notifikasi, rekomendasi belanja, FOMO, dan estetika “clean girl” atau “minimalist room tour”—ada dua konsep yang sering disamakan: qana’ah dan minimalism. Keduanya sering dianggap mirip-mirip, padahal sebenarnya punya “ruh” yang sangat berbeda.
Minimalism itu gaya hidup modern.
Qana’ah itu sikap hati spiritual.
Mau tahu apa bedanya? Yuk kita kupas satu per satu sambil tetap pakai vibe Gen Z: santai, relevan, tapi tetap berbobot.
1. Qana’ah: Kelapangan Hati yang Dibahas Para Ulama Sejak Lama
Imam Al-Qusyairi dalam Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah pernah membahas satu sikap yang bikin hati adem: qana’ah, alias kerelaan hati menerima pemberian Allah SWT. Beliau membuka pembahasan ini dengan firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 97:
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
“Siapa saja yang beramal saleh, laki-laki maupun perempuan, sedangkan ia beriman, maka Kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik.”
Sebagian ulama menafsirkan hayatan thayyibah sebagai qana’ah—hidup yang hati-nya tenang karena selalu menerima dan mensyukuri apa yang Allah berikan.
Rasulullah SAW juga menegaskan dalam hadis:
لقناعة كنزٌ لا يفنى
Qanaah itu gudang kekayaan yang tidak akan sirna.” (HR. Jabir bin Abdillah, dalam Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah)
Bayangkan: kekayaan yang nggak bakal habis. Bukan versi deposito, bukan versi saham, tapi kekayaan batin yang selalu terisi.
Rasulullah SAW juga pernah bersabda:
“Jadilah kamu orang yang qanaah, niscaya kamu menjadi orang yang paling bersyukur.” (HR. Abu Hurairah, Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah)
Artinya, qanaah adalah shortcut menuju rasa syukur.
2. Minimalism: Hidup Ringkas Biar Nggak Sumpek
Berbeda dengan qana’ah, minimalism adalah konsep modern yang biasanya populer di media sosial, YouTube room tour, atau konten “decluttering”.
Minimalisme fokus pada:
-
mengurangi barang,
-
menyederhanakan ruang,
-
fokus pada hal esensial,
-
mengurangi distraksi.
Tujuannya: hidup lebih rapi, efisien, dan nggak stres karena barang menumpuk.
Konsep ini sangat bagus dan bermanfaat. Tapi minimalism lebih ke gaya hidup eksternal, bukankondisi hati.
3. Qana’ah Bukan “Pura-Pura Puas”
Kadang ada yang salah paham:
Qana’ah bukan berarti pasrah terus malas berusaha. Bukan juga anti-kaya. Bahkan ulama menjelaskan bahwa orang miskin maupun orang kaya sama-sama wajib punya sikap qana’ah.
Imam Al-Qusyairi mengutip sebuah perkataan:
“Orang miskin adalah orang mati kecuali yang dihidupkan oleh Allah dengan kemuliaan qana’ah.”
Dan Bisyr Al-Hafi berkata:
“Sikap qana’ah adalah kekuasaan yang hanya ada di hati orang beriman.”
Makanya orang yang qana’ah itu punya harga diri. Ia tidak menggadaikan martabatnya demi ambisi. Tidak iri dengan harta orang lain. Tidak hidup dari validasi sosial.
Bahkan dikatakan:
“Siapa yang pandangannya selalu ke harta orang lain, maka kesedihannya akan panjang.”
Kalimat ini sangat relate buat era social media. Bayangin tiap hari kita lihat highlight hidup orang—feed aesthetic, liburan, barang branded, rumah rapi minimalis—tanpa qana’ah, hati pasti capek sendiri.
4. Jadi, Apa Bedanya Qana’ah vs Minimalism?
a. Levelnya berbeda
-
Qana’ah → mindset & hati.
-
Minimalism → lifestyle & penataan hidup.
b. Tujuannya berbeda
-
Qana’ah: mencari ketenangan, syukur, hubungan dengan Allah.
-
Minimalism: mengurangi distraksi, efisiensi, kenyamanan hidup.
c. Output-nya berbeda
-
Orang qana’ah bisa saja punya banyak barang, tapi tidak diperbudak olehnya.
-
Orang minimalis bisa hidup dengan sedikit barang, tapi tetap bisa merasa kurang jika hatinya tidak qana’ah.
d. Qana’ah membawa ketenangan batin
Minimalism bisa bikin ruang terlihat rapi, tapi qana’ah bikin hati rapi.
5. Qana’ah di Era Gen Z: Gimana Cara Nerapinnya?
1. Kurangi banding-bandingkan hidup
Kata ulama: melihat apa yang di tangan orang lain bikin panjang sedih. Di era TikTok dan Instagram, ini makin gampang terjadi.
2. Syukuri hal kecil yang Allah titipkan
Qana’ah mulai dari hal kecil: makanan hari ini, kesehatan, keluarga, pekerjaan, bahkan waktu luang.
3. Boleh punya ambisi—asal tidak diperbudak
Qana’ah bukan anti-impian. Kamu boleh sukses, kaya, produktif—tapi tidak kehilangan rasa cukup.
4. Praktikkan minimalism sebagai alat, bukan tujuan
Minimalism bisa mendukung qana’ah jika digunakan sebagai sarana hidup lebih fokus.
6. Qana’ah + Minimalism = Kombo Hidup yang Lebih Tenang
Bayangkan kalau keduanya digabung:
-
minimalism merapikan dunia luar,
-
qana’ah merapikan dunia dalam.
Hasilnya? Hidup lebih enteng. Tidak dikejar dunia, dan tidak menolak nikmat dunia.
Kesimpulan: Qana’ah Itu Esensi, Minimalism Itu Ekspresi
Ketika minimalism tanpa qana’ah, hasilnya cuma kamar rapi tapi hati tetap ribut.
Tapi ketika qana’ah hadir, bahkan kamar sederhana pun terasa seperti istana.
Dan pada akhirnya, qana’ah-lah yang membuat seseorang mampu bersyukur, terhindar dari rasa iri, dan selalu bahagia dengan apa yang Allah berikan.
Semoga Allah menanamkan qana’ah di hati kita, agar hidup makin lapang, tenang, dan penuh syukur. Amin.

0Komentar