Bab 10 : Hukuman - Terjemah Ghoyah wa Taqrib

 كِتَابُ الحُدُودِ

Bab Hukuman

Pezina

وَالزَّانِي عَلَى ضَرْبَيْنِ مُحْصَنٍ وَغَيْرِ مُحْصَنٍ، فَالْمُحْصَنُ حَدُّهُ الرّجمُ، وَغَيْرُ الْمُحْصَنِ حَدُّهُ مِائَةُ جَلْدَةٍ وَتَغْرِيْبُ عَامٍ إِلَى مَسَافَةِ الْقَصْرِ. وَشَرَائِطُ الْإِحْصَانِ أَرْبَعُ الْبُلُوعُ وَالْعَقْلُ وَالخَرَيَّةُ وَوُجُودُ الوطء في نِكَاج صَحِيح. وَالْعَبْدُ وَالْأَمَّةُ حَدُهُمَا نِصْفُ حَدِ الخَرِ وَحُكْمُ الْلِوَاطِ وَإِثْيَانِ الْبَهَائِمِ كَحُكْمِ الزِّنَا. وَمَنْ وَطِئَ فِيْمَا دُونَ الْفَرْج عُزَرَ، وَلَا يُبْلَعُ بِالتَّعْزِيْرِ أَدْنَى الْحُدُودِ.

Orang yang berzina terbagi menjadi dua, yaitu:

  1. Muhshan (sudah pernah jima' dalam nikah yang sah).
  2. Ghairu muhshan (belum pernah jima').

Hadnya pezina muhshan adalah dirajam (dilempari batu kerikil samapi mati), sedangkan untuk hadnya pezina ghairu muhshan adalah dicambuk seratus kali dan diasingkan selama satu tahun pada suatu tempat yang sudah diperbolehkan melakukan qashar shalat. Syarat pezina dapat dikategorikan muhshan adalah:

  1. Baligh.
  2. Berakal.
  3. Merdeka.
  4. Sudah pernah wathi dalam nikah yang sah.

Had seorang budak zina adalah setengah dari hadnya orang merdeka.351 Adapun hukum wathi dubur dan mewathi hewan adalah sebagaimana hukumnya zina. Hukuman bagi orang yang wathi selain pada farji itu ditaʼzir. Batasan taʼzir tidak boleh sampai pada batasan had yang paling ringan.

Pasal Penuduhan Zina

(فَصْلُّ) وَإِذَا قَذَفَ غَيْرَهُ بِالزِّنَا فَعَلَيْهِ حَدُّ الْقَذَفِ بِثَمَانِيَةِ شَرَائِطَ : ثَلَاثَةٌ مِنْهَا فِي الْقَاذِفِ وَهُوَ أَنْ يَكُوْنَ بَالِغَا، عَاقِلًا، وَأَنْ لَا يَكُوْنَ وَالِدًا لِلْمَقْذُوْفِ وَخَمْسَةٌ فِي الْمَقْذُوْفِ وَهُوَ أَنْ يَكُوْنَ مُسْلِمًا، بَالِغَا، عَاقِلًا، حُرًّا، عَفِيْفًا، وَيُحَدُّ الحُرُّ ثَمَانِينَ وَالْعَبْدُ أَرْبَعِينَ. وَيَسْقُطُ حَدُّ الْقَدْفِ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ إِقَامَةُ الْبَيِّنَةِ، أَوْ عَفْوُ الْمَقْذُوْفِ، أَوِ اللَّعَانِ فِي حَقِّ الزَّوْجَةِ.

Seorang yang menuduh orang lain berzina itu wajib dikenai had qadzaf dengan tetapnya delapan syarat, tiga syarat berlaku pada si penuduh, yaitu:

  1. Baligh.
  2. Berakal.
  3. Bukan orang tua terdakwa.

Sedangkan untuk lima syarat lainnya berlaku pada terdakwa, yaitu:

  1. Islam.
  2. Baligh.
  3. Berakal.
  4. Merdeka.
  5. Terjaga agamanya.

Had delapan puluh jilidan (cambukan) berlaku bagi penuduh zina yang merdeka, sedangkan bagi budak penuduh zina itu dihad sebanyak empat puluh jilidan. Had qadzaf dapat gugur sebab adanya salah satu dari tiga hal berikut:

  1. Adanya saksi.
  2. Adanya maaf dari terdakwa.
  3. Diberlakukannya li'an yang berkaitan dengan hak istri.

Pasal Pemabuk

(فَصْلُ) وَمَنْ شَرِبَ خَمْرًا أَوْ شَرَابًا مُسْكِرًا يُحَدُّ أَرْبَعِيْنَ وَيَجُوْزُ أَنْ يَبْلُغَ بِهِ ثَمَانِيْنَ عَلَى وَجْهِ التَّعْزِيزِ وَيَجِبُ عَلَيْهِ بِأَحَدِ أَمْرَيْنِ بِالْبَيِّنَةِ أَوِ الْإِقْرَارِ وَلَا يُحَدُّ بِالْقَيْءِ وَالْاِسْتِنْكَاهِ.

Bagi peminum arak atau minuman memabukan yang lainnya wajib dihad sebanyak empat puluh cambukan, bahkan bagi hakim diperkenankan menambahnya sampai delapan puluh cambukan.

Had wajib dilaksanakan sebab adanya salah satu dari dua hal berikut: adanya saksi atau iqrar (pengakuan). Maka dari itu, seseorang tidak dapat dihad hanya sebab muntah-muntah atau berbau arak.

Pasal Pencuri

(فَصْلُّ) وَتُقْطَعُ يَدُ السَّارِقِ بِثَلَاثَةِ شَرَائِط : أَنْ يَكُوْنَ بَالِغَا عَاقِلًا، وَأَنْ يَسْرِقَ نِصَابًا قِيْمَتُهُ رُبُعُ دِينَارٍ مِنْ حِرْزِ مِثْلِهِ لَا مِنْكَ لَهُ فِيْهِ وَلَا شُبْهَةَ فِي مَالِ الْمَسْرُوْقِ مِنْهُ. وَتُقْطَعُ يَدُهُ الْيُمْنَى مِنْ مَفْصَلِ الْكُوْعِ، فَإِنْ سَرَقَ ثَانِيًا قُطِعَتْ رِجْلُهُ الْيُسْرَى، فَإِنْ سَرَقَ ثَالِيًّا قُطِعَتْ يَدُهُ الْيُسْرَى، فَإِنْ سَرَقَ رَابِعًا قُطِعَتْ رِجْلُهُ الْيُمْنَى فَإِنْ سَرَقَ بَعْدَ ذَلِكَ عُزِرَ وَقِيْلَ يُقْتَلُ صَبْرًا.

Pencuri wajib dipotong tangannya sebab adanya tiga syarat, yaitu:
  1. Pencuri sudah baligh.
  2. Berakal.
  3. Curiannya itu mencapai satu nishab, yaitu 1⁄4 dinar yang dicuri dari tempat penyimpanannya yang bukan haknya (pencuri) dan bukan barang yang syubhat.

Tangan kanan pencuri dipotong mulai dari pergelangannya (sebagai hukuman satu kali pencurian yang telah dilakukannya), jika ia mencuri lagi maka kaki kirinya yang berhak untuk dipotong. Pada pencurian yang ketiga kalinya adalah tangan kiri yang harus dipotong. Kaki kanan akan dipotong jika ia melakukan pencurian untuk keempat kalinya. Dan jika ia masih mencuri lagi, maka ia dihukum ta'zir, namun menurut sebagian ulama' hukumannya adalah dibunuh dengan sabar.

Pasal Perampok

(فَصْلُ) وَقُطَاعُ الطَّرِيقِ عَلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ : إِنْ قَتَلُوْا وَلَمْ يَأْخُذُوْا الْمَالَ قُتِلُوْا، فَإِنْ قَتَلُواْ وَأَخَذُوا الْمَالَ قُتِلُوْا وَصَلَبُوْا، وَإِنْ أَخَذُوا الْمَالَ وَلَمْ يَقْتُلُوا تُقْطَعُ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلِهِمْ مِنْ خِلَافٍ فَإِنْ أَخَافُوا السَّبِيلَ وَلَمْ يَأْخُدُوا مَالًا وَلَمْ يَقْتُلُوا حُبِسُوا وَعُزَرُوا وَمَنْ تَابَ مِنْهُمْ قَبْلَ الْقُدْرَةِ عَلَيْهِ سَقَطَتْ عَنْهُ الْحُدُوْدُ وَأُخِذَ بِالْخُقُوْقِ.

Perampok terbagi menjadi empat kategori, yaitu:
  1. Membunuh tapi tidak mengambil hartanya, maka hukumannya adalah dibunuh.
  2. Membunuh serta mengambil harta maka hukumannya adalah dibunuh dan disalib.
  3. Mengambil harta saja tanpa membunuh maka hukumannya adalah dipotong tangan dan kakinya secara bersilang.
  4. Hanya menakut-nakuti tanpa menjarah harta dan tidak membunuh maka hukumannya adalah dipenjara serta ditaʼzir.
Apabila mereka (para perampok) bertobat sebelum tertangkap, maka hukuman-hukuman had diatas menjadi gugur dan hanya menyisakan hak-hak adaminya.

Pasal Pembelaan Diri

(فَصْلُّ) وَمَنْ قُصِدَ بِأَذًى فِي نَفْسِهِ أَوْ مَالِهِ أَوْ حَرِيْمِهِ فَقَاتَلَ عَنْ ذَلِكَ وَقَتَلَ فَلَا ضِمَانَ عَلَيْهِ وَعَلَى رَاكِبِ الدَّابَّةِ ضَمَانُ مَا أَتْلَفَتْهُ دَابَّتُهُ.

Seorang yang terancam nyawa, harta ataupun istrinya kemudian ia melawan untuk membela diri bahkan sampai membunuh (penjahat yang mengancamnya) maka ia tidak terkena tanggungan (baik qishash, diyat ataupun kafarat). Sedangkan bagi penunggang hewan (apa saja) wajib mengganti benda-benda yang dirusakkan oleh hewan yang ditungganginya.

Pasal Pemberontak

(فَصْلُ) وَيُقَاتَلُ أَهْلُ الْبَغْيِ بِثَلَاثِ شَرَائِطَ : أَنْ يَكُونُوا فِي مَنَعَةٍ، وَأَنْ يَخْرُجُوْا عَنْ قَبْضَةِ الْإِمَامِ، وَأَنْ يَكُونَ لَهُمْ تَأْوِيل سَائِعٌ وَلَا يُقْتَلُ أَسِيرُهُمْ وَلَا يُغْنَمُ مَالُهُمْ وَلَا يُذَفَّفُ عَلَى جَرِيْحِهِمْ.

Pemberontak boleh diperangi jika menetapi tiga syarat, yaitu:
  1. Mereka memiliki kekuatan.
  2. Mereka telah keluar dari kendali pemerintah (dengan cara tidak mentaatinya atau membangkang).
  3. Mereka memiliki alasan yang dimungkinkan kebenarannya. 

Pemberontak yang tertawan tidak boleh dibunuh dan harta mereka tidak boleh pula dijarah serta bagi mereka yang terluka juga.

Pasal Murtad

(فَصْلُ) وَمَنِ ارْتَدَّ عَنِ الْإِسْلَامِ أَسْتَتِيْبَ ثَلَاثًا فَإِنْ تَابَ وَإِلَّا قُتِلَ وَلَمْ يُغَسَلْ وَلَمْ يُصَلَّ عَلَيْهِ وَلَمْ يُدْفَنْ فِي مَقَابِرِ الْمُسْلِمِيْنَ.

Orang yang keluar dari agama islam (murtad) itu diminta untuk bertobat sampai tiga kali. Jika ia bertobat maka dia diampuni, bila tidak, maka dibunuh dan tidak wajib dimandikan, tidak boleh dishalati serta tidak diperkenankan dimakamkan di pemakaman orang- orang islam.

Pasal Orang yang Meninggalkan Shalat

(فَصْلُ) وَتَارِكُ الصَّلَاةِ عَلَى ضَرْبَيْنِ : أَحَدُهُمَا أَنْ يَتْرُكَهَا غَيْرَ مُعْتَقِدٍ لِوُجُوْبِهَا فَحُكْمُهُ حُكْمُ الْمُرْتَدِ، وَالثَّانِي أَنْ يَتْرُكَهَا كَسْلًا مُعْتَقِدًا لِوُجُوْبِهَا فَيُسْتَتَابُ فَإِنْ تَابَ وَصَلَّى وَإِلَّا قُتِلَ حَدًّا وَكَانَ حُكْمُهُ حُكْمُ الْمُسْلِمِينَ.

Orang yang meninggalakan shalat ada dua sebab:

  1. Meninggalkan shalat karena tidak meyakininya sebagai suatu kewajiban baginya, maka orang seperti ini dihukumi sebagaimana orang murtad.
  2. Meninggalkan shalat karena malas saja (dengan masih meyakini kewajibannya), maka orang seperti ini diminta bertobat. Jika ia mau bertobat dan shalat maka dimaafkan, jika tidak maka ia dibunuh sebagai bentuk hukumannya namun dia masih diakui sebagai muslim.
Baca Juga : Jihad
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url