nderekngaji.com - Kitab Al-Arba'in An-Nawawiyyah merupakan salah satu dari ratusan karya dalam literatur hadis yang mengusung nama "Al-Arba'in", istilah yang merujuk pada jumlah hadis pilihan di dalamnya, yaitu empat puluh. Namun demikian, tidak semua kitab dengan nama tersebut benar-benar memuat persis empat puluh hadis—ada yang jumlahnya melebihi atau bahkan kurang dari itu. Sementara itu, kata "An-Nawawiyyah" merujuk kepada penyusunnya, yakni Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf An-Nawawi (wafat tahun 676 H).

Pada awalnya, penyusunan kitab-kitab Al-Arba'in hanya bertujuan menghimpun hadis-hadis pilihan dalam jumlah empat puluh, tanpa mengindahkan kategori atau tema tertentu, dan kadang tidak disertai sanad lengkap. Namun, seiring berjalannya waktu, metode penyusunannya mulai berubah. Banyak kitab Al-Arba'in yang kemudian disusun berdasarkan tema, seperti fikih, tauhid, tasawuf, dan bidang keislaman lainnya.

Dalam mukadimah Al-Arba'in An-Nawawiyyah, Imam An-Nawawi menyebut secara eksplisit tiga belas nama ulama yang telah lebih dahulu menulis karya serupa. Jumlah ini hanyalah sebagian kecil, karena beliau juga menyatakan bahwa masih banyak ulama lain yang menyusun kitab dengan pendekatan serupa. Bahkan menurut penelitian kontemporer, jumlah kitab Al-Arba'in yang pernah disusun telah mencapai lebih dari 500 karya.

Imam An-Nawawi juga menyebutkan bahwa sosok pertama yang menginisiasi penyusunan hadis dengan model seperti ini adalah Imam Abdullah bin Al-Mubarak Al-Marwazi (w. 181 H). Setelah beliau, ada beberapa ulama abad ke-3 Hijriyah yang mengikuti jejak tersebut, dan tren ini semakin berkembang pesat pada abad ke-4 dan seterusnya. Pada abad ke-5 dan ke-6 H saja, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syekh Ismail bin Abdulghafir Al-Farisi (w. 504 H), sudah ditemukan lebih dari 70 kitab Al-Arba'in.

Melalui uraian ini, kita dapat melihat secara garis besar sejarah serta perkembangan kitab Al-Arba'in dalam khazanah Islam. Kini, mari kita telusuri lebih jauh keistimewaan dan fakta-fakta menarik yang terdapat dalam Al-Arba'in An-Nawawiyyah secara khusus.

Berikut ini lima fakta menarik tentang kitab ini:

1. Latar Belakang Penyusunan

Mayoritas ulama yang menyusun karya berjudul Al-Arba'in terinspirasi oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud. Hadis tersebut menyatakan:

مَنْ حَفِظَ عَلَى أُمَّتِي أَرْبَعِينَ حَدِيثًا فِي أَمْرِ دِينِهَا بَعَثَهُ اللَّهُ فَقِيهًا، وَكُنْتُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَافِعًا وَشَهِيدًا

"Barangsiapa yang menghafal empat puluh hadis untuk umatku dalam perkara agama mereka, maka Allah akan membangkitkannya sebagai orang yang memahami agama (faqih), dan aku akan menjadi pemberi syafaat serta saksi baginya pada hari kiamat."

Meskipun hadis ini banyak dijadikan alasan oleh para ulama untuk menulis kitab semacam itu, Imam An-Nawawi sendiri tidak menjadikannya sebagai dasar utama dalam menyusun Al-Arba'in An-Nawawiyyah. Beliau menyadari bahwa meskipun hadis tersebut memiliki banyak jalur periwayatan dan beragam lafaz, statusnya tetap tergolong dha’if (lemah).

Sebagai gantinya, Imam An-Nawawi lebih memilih hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi sebagai landasan penyusunan kitabnya. Hadis itu berbunyi:

نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا فَأَدَّاهَا كَمَا سَمِعَهَا

"Semoga Allah memberikan cahaya (kemuliaan) kepada seseorang yang mendengar ucapanku, lalu memahami dan menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya."

Hadis ini memuat doa Nabi Muhammad SAW untuk mereka yang menyampaikan ajaran beliau dengan baik. Doa tersebut diyakini membawa keberkahan yang mampu memberikan penerangan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Maka dari itu, inilah yang menjadi motivasi utama Imam An-Nawawi dalam menyusun kumpulan hadis tersebut, dengan harapan memperoleh limpahan cahaya dan keberkahan dari doa Rasulullah SAW.

2. Mewakili Satu Persen dari Seluruh Hadits Shahih

Kitab Al-Arba’in An-Nawawiyyah memuat sebanyak 42 hadits pilihan. Meskipun Imam An-Nawawi tidak mencantumkan sanad hadits secara lengkap, seluruh hadits yang beliau himpun telah diakui sebagai hadits shahih. Mayoritasnya tercantum dalam dua karya utama, yaitu Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim.

Menurut sejumlah ulama, termasuk Imam Adz-Dzahabi (wafat 748 H), jumlah keseluruhan hadits shahih mencapai sekitar 4.000 hadits. Tentu saja, angka ini diperoleh melalui kaidah dan metode penghitungan khusus dalam ilmu hadits. Namun secara umum, jumlah tersebut telah diterima secara luas oleh kalangan ahli hadits.

Dalam upaya memperkenalkan hadits kepada masyarakat luas, Syekh Ahmad Shalih Asy-Syami menyusun sebuah karya berjudul Ma’alim As-Sunnah An-Nabawiyyah. Kitab ini merupakan hasil seleksi dari 14 karya induk dalam disiplin hadits, termasuk Kutubus Sittah dan delapan kitab penting lainnya. Dari lebih dari seratus ribu hadits yang ditelusuri, dan setelah menghilangkan pengulangan secara lafaz maupun makna, beliau berhasil menyaring sebanyak 3.899 hadits shahih. Jumlah ini memperkuat pendapat para ulama mengenai total hadits shahih yang beredar.

Dengan mempertimbangkan angka tersebut, maka 42 hadits yang terkandung dalam Al-Arba’in An-Nawawiyyah dapat dikatakan mewakili lebih dari satu persen dari keseluruhan hadits shahih. Kemungkinan hal inilah yang menjadi latar belakang Syekh Shalahuddin Al-‘Alaa’i (wafat 761 H) menyebut angka empat puluh sebagai jumlah yang istimewa dan bermakna dalam tradisi keilmuan Islam.

3. Mencakup Inti-Inti Ajaran Pokok dalam Islam

Kitab Al-Arba'in An-Nawawiyyah disusun berdasarkan prinsip tertentu, salah satunya adalah keseragaman tema—berbeda dengan karya sebelumnya yang belum mempertimbangkan aspek ini secara menyeluruh, sebagaimana telah dijelaskan. Tema-tema yang dipilih oleh Imam An-Nawawi dalam kitab ini mencerminkan fondasi utama ajaran Islam, mencakup aspek tauhid, fikih, serta tasawuf atau akhlak. Hal ini menjadi salah satu ciri khas yang membedakan Al-Arba’in An-Nawawiyyah dari karya-karya lain yang juga menggunakan nama “Al-Arba'in”.

Tidak hanya itu, keempat puluh dua hadits yang dikumpulkan oleh Imam An-Nawawi merupakan hadits-hadits yang dianggap penting dan mendasar oleh para ulama dalam disiplin ilmu Islam. Pernyataan ini dapat ditemukan secara eksplisit dalam mukadimah kitab tersebut. Dalam hal jumlah hadits yang dianggap sebagai landasan Islam, para ulama memiliki pandangan yang berbeda-beda—ada yang menyebut satu, dua, hingga lima hadits. Bahkan di antara mereka yang menyepakati jumlah yang sama, belum tentu sepakat mengenai redaksi hadits yang dimaksud. Hadits-hadits pokok inilah yang kemudian dikumpulkan dan dihimpun oleh Imam An-Nawawi dalam karya terkenalnya tersebut.

4. Empat Tahapan Penyusunan Hadits dalam Al-Arba’in An-Nawawiyyah

Proses penyusunan hadits-hadits inti ini tidak berlangsung secara instan. Imam An-Nawawi melewati empat tahap dalam menyeleksi dan mengumpulkannya. Tahap pertama dimulai dengan mengadopsi koleksi hadits yang telah dikumpulkan oleh Imam Ibnu Ash-Shalah (w. 643 H), yang berjumlah 26 hadits. Imam Ibnu Ash-Shalah sebelumnya telah mengumpulkan hadits-hadits yang dinilai sebagai pilar ajaran Islam oleh berbagai ulama besar.

Langkah ini kemudian dilanjutkan oleh Imam An-Nawawi dalam karyanya yang berjudul Bustan al-‘Arifin, menambah tiga hadits lagi sehingga jumlahnya menjadi 29. Ini merupakan tahap kedua dalam proses seleksi tersebut. Pada tahap ketiga, beliau menambahkan satu hadits lagi, menjadikan totalnya 30. Koleksi hadits ini dimuat dalam bagian terakhir kitab Al-Adzkar.

Akhirnya, dalam tahap keempat, beliau melengkapi koleksi tersebut dengan tambahan 12 hadits lain yang sesuai dengan kriteria, sehingga jumlah keseluruhannya menjadi 42 hadits. Inilah yang kemudian membentuk kitab Al-Arba'in An-Nawawiyyah secara utuh. Kitab ini menjadi salah satu karya penting yang sangat dibanggakan oleh Imam An-Nawawi. Ia sering merujuk kitab ini dalam berbagai karyanya yang lain, seperti At-Talkhîṣ, Syarḥ Shahîḥ Muslim, Al-Majmū‘, dan Tahżīb al-Asmā’ wa al-Lughāt. Beliau menamainya sebagai Al-Arba‘īn fī Mabādi’ al-Islām wa Qawā‘id al-Aḥkām.

5. Kitab yang Paling Mendapat Perhatian Para Ulama

Meskipun terdapat banyak kitab hadits yang berjudul Al-Arba'in, namun yang paling banyak memperoleh perhatian dan respon positif dari kalangan ulama adalah Al-Arba'in An-Nawawiyyah. Hal ini terlihat dari banyaknya karya penjelasan (syarah) dan catatan tambahan (hasyiyah) yang dibuat atas kitab ini. Sejak kitab ini selesai disusun pada tahun 668 H, hampir di setiap generasi muncul ulama yang menulis penjelasan terhadapnya. Bahkan tradisi ini terus berlanjut hingga masa kini.

Terdapat sejumlah alasan yang membuat Al-Arba'in An-Nawawiyyah begitu dikenal dan menyebar luas. Di antaranya adalah lima poin penting yang menjadikan kitab ini menonjol dibanding kitab-kitab Arba'in lainnya. Tak heran jika setiap kali nama Al-Arba'in disebut, yang langsung terbayang oleh banyak orang adalah karya Imam An-Nawawi ini. Kitab ini pun dijadikan sebagai materi dasar dan utama bagi siapa saja yang hendak mempelajari ilmu hadits. Semoga keberkahan serta manfaat dari kitab ini senantiasa mengalir kepada kita semua.