Tawassut dan Iktidal

Tawassut dan Iktidal

Tawasut dan iktidal melekat sangat kuat pada mayoritas umat Islam di dunia sebagai pola pikir dalam kehidupan beragama sejak zaman dahulu hingga saat ini. Tawasut dan iktidal merupakan pemikiran Islam moderat yang bersumber dari paham Ahlussunnah wal Jamaah. Islam moderat adalah Islam yang menengahi antara dua pemikiran yang ekstrem antara Qadariyah (free Willism) dan Jabariah (fatalisme), Ortodoks Salaf dan rasionalisme Muktazilah, serta antara sufisme Falsafi dan Sufisme Salafi.

Sikap moderat yang diteladankan ulama Sunni itu tetap dilanjutkan oleh wali sanga dalam menyebarkan Islam di Nusantara. Sepanjang sejarah dakwah wali sanga, kita menemukan sebuah upaya untuk mencari jalan tengah antara ajaran Islam sebagaimana yang tertera dalam nash dengan kondisi riil yang ada di tengah-tengah masyarakat. Sikap moderat wali sanga tidak hanya berhasil dalam menyebarkan Islam, tapi juga mampu menghadirkan Islam yang toleran dan damai, bukan Islam yang garang dan menghancurkan (destruktif).

1. Pengertian Tawasut dan Iktidal

Tawasut adalah mengambil jalan tengah, yaitu sikap tidak condong kepada ekstrem kanan (kelompok yang berkedok agama) maupun kelompok ekstrem kiri (kelompok komunis). Tawasut ini juga bisa didefinisikan sebagai sikap moderat yang berpijak pada prinsip keadilan serta berusaha menghindari segala bentuk pendekatan dengan tatharuf (ekstrem, keras). Tawasut atau biasa disebut dengan moderat adalah seimbang antara dalil aqli (akal) dan naqli (teks kitab suci), tidak memihak tetapi lebih lebih bersifat menengahi. Dalam kehidupan sehari-hari, tawasut terekspresikan pada sikap yang seimbang antara pikiran dan tindakan, tidak gegabah dalam mengambil keputusan, apalagi menghakimi. Tawasut melekat sangat kuat pada mayoritas umat Islam di dunia sebagai pola pikir dalam kehidupan beragama sejak zaman dahulu hingga saat ini.

Sikap iktidal merupakan salah satu contoh dari sikap terpuji. Sikap iktidal merupakan sikap seseorang yang tegak lurus dan adil dalam melakukan suatu hal. Iktidal artinya tegak lurus, yaitu Sikap tegak dalam arti tidak condong pada kepentingan di luar Nahdlatul Ulama dan umat. Lurus dalam arti semata-mata berjuang demi kepentingan NU dan umat. Sikap ini pada intinya memiliki arti menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah-tengah kehidupan bersama.

Jadi sikap tawasut dan iktidal dalam Nahdlatul Ulama merupakan sikap tengah yang berintikan pada prinsip hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah kehidupan beragama. Nahdlatul Ulama dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersifat membangun serta menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat tatharuf (ekstrem). Sikap tawasut dan iktidal merupakan sikap yang ada pada diri warga Nahdliyin. Ini membuktikan bahwa watak warga NU itu sifatnya moderat, baik dalam tatharuf yang melawan negara. Bahkan NU selalu ada di garis depan ketika mempertahankan tanah air Indonesia dan menjadi pelopor pembangunan.

Ada lima alasan mengapa sikap tawasut dan iktidal itu sangat dianjurkan ada pada diri seorang muslim. Berikut alasannya.

  1. Sikap tawasut dan iktidal dianggap sebagai jalan tengah dalam memecahkan masalah, maka seorang muslim senantiasa memandang tawasut sebagai sikap yang paling adil dalam memahami agamą.
  2. Hakikat ajaran Islam adalah kasih sayang, maka seorang muslim yang bersikap tawasut dan iktidal senantiasa mendahulukan perdamaian dan menghindari pertikaian.
  3. Pemeluk agama lain juga makhluk ciptaan Allah Swt. yang harus dihargai dan dihormati, maka seorang muslim yang bersikap tawasut senantiasa memandang dan memperlakukan mereka secara adil dan setara.
  4. Ajaran Islam mendorong agar demokrasi dijadikan alternatif dalam mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan, maka muslim yang bersikap tawasut senantiasa mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dan demokrasi.
  5. Islam melarang tindakan diskriminasi terhadap individu atau kelompok. Maka sudah sepatutnya seorang muslim yang bersikap tawasut dan iktidal senantiasa menjunjung tinggi kesetaraan. 

Dari kelima alasan tersebut, seorang muslim seharusnya sudah memahami arti pentingnya sikap tawasut dan iktidal atau moderat dalam kehidupannya. Sikap itu cocok diterapkan dalam kehidupan sosial antarsesama manusia. Terlebih di masa sekarang yang penuh dengan problematika intoleransi dan diskriminasi antarumat beragama. Muslim yang moderat adalah mereka yang menerima khazanah tradisi dan memodifikasi beberapa aspek darinya untuk memenuhi tujuan moral iman.

Baca juga: Mewujudkan Pribadi Muslim yang Kaffah

2. Dalil Tawasut dan iktidal

Pertama, tawasut atau moderat, yaitu sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrem kiri ataupun ekstrem kanan. Allah Swt. berfirman:

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًاۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُۗ وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ 

Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْاۗ اِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ 

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

3. Contoh Perilaku Tawasut dan Iktidal

Sebagai warga Nahdliyin, seharusnya sudah memahami arti pentingnya sikap tawasut dan iktidal dalam kehidupan. Sikap ini cocok diterapkan dalam kehidupan sosial antarsesama manusia. Terlebih di masa sekarang yang penuh dengan problematika intoleransi dan diskriminasi antarumat beragama. Berikut ini adalah beberapa contoh sikap tawasut dan iktidal yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  • Tidak membeda-bedakan golongan dalam berinteraksi dan berkomunikasi.
  • Menjalin silaturahmi antarsesama agar tidak timbul pertikaian.
  • Menerima pendapat orang lain yang tidak sepaham.
  • Menerima saran, masukan, dan kritik membangun dari orang lain.
  • Menggunakan bahasa yang santun dan menyejukkan saat berkomunikasi.
  • Bersikap toleransi terhadap segala perbedaan yang ada.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url